DECEMBER 9, 2022
Internasional

Ekonom Pemenang Nobel Paul Krugman: Ekonomi China Sedang Terpuruk

image
Ekspor mobil China mempertahankan momentum pertumbuhannya bulan lalu, dengan mencapai rekor tertinggi dan melonjak 57,4 persen secara tahunan (year on year/yoy), menurut data industri pada Senin (11/7). Tapi ekonom Paul Krugman memprediksi masalah di ekonomi China. ANTARA/Xinhua/aa.

ORBITINDONESIA.COM - Ekonom yang juga pemenang Nobel Ekonomi asal Amerika Serikat, Paul Krugman, menuliskan opini berjudul "China's Economy Is in Serious Trouble" (Ekonomi China Ada dalam Masalah Serius).

Opini Paul Krugman itu muncul di koran The New York Times, edisi 18 Januari 2024.

Paul Krugman menyebut, tampaknya perekonomian China sedang terpuruk. Bahkan statistik resmi, menurut Krugman, menunjukkan perekonomian China berada di bawah performa terbaiknya, kecuali tingkat pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,2 persen.

China, disebut Krugman, mengalami apa yang dinamakan "deflasi ala Jepang" dan tingginya angka pengangguran di kalangan kaum muda. Hal tersebut bisa terjadi karena China memasuki era stagnasi.

Mengapa hal itu dapat terjadi? Krugman menyebut salah satu alasannya adalah kepemimpinan Presiden Xi Jinping yang mulai terlihat seperti manajer ekonomi yang buruk, cenderung melakukan intervensi sewenang-wenang sehingga menghambat inisiatif swasta.

Alasan lainnya adalah model perekonomian China tidak stabil. Krugman menilai persentase belanja rumah tangga di China terhadap produk domestik bruto (PDB) sangat rendah. Penyebabnya adalah bunga bank sehingga menekan pendapatan rumah tangga dan mengalihkan dana ke investasi yang dikontrol pemerintah.

Penyebab lain adalah kurangnya jaring pengaman sosial, sehingga masyarakat harus menabung banyak untuk dana darurat.

Dengan rendahnya belanja rumah tangga, bagaimana negara dapat menciptakan permintaan agar produktivitas berjalan? China, kata Krugman, mendorong investasi ke level yang sangat tinggi yaitu lebih dari 40 persen PDB. Masalahnya, sulit untuk menginvestasikan uang sebanyak itu ketika profit semakin berkurang.

Investasi dapat berkelanjutan, menurut Krugman, bila populasi angkatan kerja tinggi dan produktif. Masalahnya, pertumbuhan populasi China mengalami tren penurunan dan produktivitas secara keseluruhan tampak mengalami stagnasi.

Dalam kasus China, kata Krugman, pemerintah mampu menutupi masalah rendahnya belanja rumah tangga selama beberapa tahun dengan mendorong gelembung sektor properti. Faktanya, sektor properti China menjadi sangat besar dan gelembung tersebut akhirnya pecah.

Halaman:
1
2
3
4
5
6
Sumber: Antara

Berita Terkait