Jarir: Batin Rempang Berdaulat, Membahas Himpunan Hukum Adat Indonesia di Masa Belanda
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Rabu, 20 September 2023 07:40 WIB
Kapal ini dibuat tahun 1943 dan beroperasi tahun 1946. ANP Nieuwsbericht yang terbit pada tanggal 17 maret 1950 menjelaskan tentang sebuah kapal uap yang ukurannya besar (tangker), diberi nama Kapal Uap Rempang oleh Belanda.
Kapal uap besar (Rempang) mampu mengangkut kapal ampok dan alkai, yakni kapal patroli memiliki panjang tiga puluh meter; kecepatan dua puluh kilometer per jam yang dipesan pemerintah RI. Kemudian koran Belanda memberitakan, tiga kapal pesiar layar tujuan Olimpiade berangkat ke Melbourne dengan kapal “Rempang”. (Zeiljachten voor Melbourne. "Het Rotterdamsch parool". Rotterdam, 29-08-1956, p.1).
Perusahaan kapal uap Nederland telah menjual kapal Rempang miliknya kepada Atlas Enterprise Ine. atau Panama. Kapal tersebut diserahkan kepada pemilik baru di Genoa pada 4 Juli. Kapal Rempang dibangun pada tahun 1943, dibeli pada tahun 1947 melalui perantaraan pemerintah Belanda. (Nederlands schip verkocht. "De waarheid". Amsterdam, 08-07-1968, p. 2.)
Terkait kapal tanker Rempang ini, maka iklan perjalanan dan pengiriman paket, banyak menyebut kapal lintas benua ini. Iklan paket dan perjalanan antara tahun 1946 sampai tahun 1960 an. Demikian besarnya dampak kapal uap yang diberi nama rempang ini pada media saat itu.
Di masa perang dunia kedua, saat tentara Jepang kalah perang, mereka dievakuasi ke Pulau Rempang, warga Rempang pun mendapat konpensasi dari Belanda.
"Di Pulau Rempang yang terletak di tengah kepulauan Riouw, tepat di sebelah selatan Singapura, kini telah selesai persiapan menerima pasukan Jepang yang berjumlah 230.000 orang.
Hal ini disampaikan kepada Aneta oleh Bapak Van Brakél, warga Riouw, yang selanjutnya mengatakan bahwa penduduk Rempang yang dievakuasi ke pulau-pulau sekitarnya akan mendapat kompensasi yang memadai." (ONS KONINKRIJK DE KAMERS BIJEEN.. "Amigoe di Curacao". Willemstad, 27-11-1945. Hal, 5).
Hal yang sama dialami tentara Jepang yang berada di Medan, mereka merasa aman saat akan dibawa ke Pulau Rempang. Diberitakan dari Medan, para tawanan perang Jepang di Medan yang selalu terkena serangan musuh Indonesia di Sumatera bagian utara, merasa senang karena dipindahkan ke Pulau Rempang. (IEDER OP Z'N BEURT.. "Het nieuws : algemeen dagblad". Paramaribo, 05-01-1946, p. 1.)
Khusus tentera Jepang yang berasal dari Sumatera, mereka diavakuasi ke Pulau Rempang, sedang tentara Jepang yang berasal dari Jawa, sebanyak 77.000 orang, mereka dikumpulkan di Pulau Galang.
Demikian laporan koran Limburgsch dagblad halaman depan, terbitan 8 januari 1946. "Dr. van Mook pada 12 Januari melaporkan. Dia pertama kali berangkat ke London untuk mengadakan diskusi dengan Tuan EFMJ Michiels van Verduhnen duta besar Belanda.