DECEMBER 9, 2022
Buku

Bayang-Bayang Penjajah dalam Diri: Membaca Ulang Black Skin, White Masks (1952) Karya Frantz Fannon

image
Sumber Gambar: Penguin Books

Luka poskolonial itu hidup, hanya kini dibungkus oleh industri global yang rapi.

Topeng yang Menjadi Kulit Kedua

Judul buku Fanon sendiri sudah metaforis: kulit hitam, topeng putih. Topeng itu adalah perilaku, bahasa, cara berpakaian, bahkan cara tertawa yang diadopsi oleh subjek terjajah untuk mendekati “keputihan.”

Baca Juga: Resensi Buku Collapse (2005): How Societies Choose to Fail or Succeed Karya Jared Diamond

Konteks keputihan di sini bukan hanya warna kulit, tetapi seluruh simbol kekuasaan dan superioritas yang diasosiasikan dengannya.

Fanon tidak menggambarkan topeng ini sebagai pilihan bebas. Ia adalah strategi bertahan hidup dalam dunia yang sudah mendefinisikan manusia berkulit hitam sebagai “yang lain” (the other).

Topeng itu menjadi syarat untuk mendapat pekerjaan, akses pendidikan, atau sekadar perlakuan manusiawi. Masalahnya, semakin lama topeng itu dipakai, semakin ia menempel menjadi kulit kedua.

Baca Juga: Resensi Buku How Democracies Die (2018) Karya Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt: Membaca Ulang Demokrasi Kontemporer

Hari ini, kita bisa menemukan topeng-topeng serupa di dunia bekas jajahan Asia, Afrika, dan Amerika Latin.

Di Indonesia, misalnya, obsesi terhadap merek asing, standar kecantikan yang memutihkan, atau gaya manajemen yang mengidolakan model korporasi Barat sering kali tidak disadari sebagai residu dari sejarah kolonial. Mereka dipandang sekadar “modern” atau “profesional”, padahal di dalamnya tersimpan pola imitasi yang Fanon kenali sebagai warisan penaklukan psikologis.

Fanon menulis dengan nada getir, tetapi juga dengan amarah yang terkendali. Ia ingin kita sadar bahwa topeng itu bukan sekadar aksesori, melainkan bagian dari mekanisme dominasi yang membentuk relasi sosial dan ekonomi global.

Baca Juga: Resensi Buku Why Nations Fail (2012) karya Daron Acemoglu dan James A. Robinson: Analisis Kegagalan Sebuah Negara

Dari Kesadaran ke Perlawanan

Halaman:

Berita Terkait