Resensi Buku Why Nations Fail (2012) karya Daron Acemoglu dan James A. Robinson: Analisis Kegagalan Sebuah Negara
- Penulis : Irsyad Mohammad
- Selasa, 05 Agustus 2025 16:14 WIB

Inti argumen mereka jelas: ekonomi tidak bisa dipisahkan dari politik. Selama kekuasaan terkonsentrasi pada segelintir orang, inovasi akan dibatasi, investasi tidak aman, dan peluang ekonomi hanya akan menguntungkan kelompok tertentu. Inilah sebabnya mengapa “reformasi ekonomi” tanpa reformasi politik sering gagal total—karena akar masalahnya tidak disentuh.
Salah satu bagian paling kuat dari Why Nations Fail adalah penjelasan tentang vicious circle—lingkaran setan ekstraksi. Begitu institusi ekstraktif berkuasa, mereka menciptakan aturan yang membuat rakyat sulit melawan dan elite semakin kuat. Kekuasaan ini kemudian digunakan untuk mempertahankan struktur yang ada, menghalangi semua upaya reformasi yang mengancam status quo.
Kita melihat ini di banyak negara yang mencoba “demokratisasi” setelah jatuhnya rezim otoriter, tetapi akhirnya kembali terjebak pada oligarki atau kleptokrasi. Para penulis memberi contoh Republik Demokratik Kongo, di mana warisan eksploitasi kolonial Belgia dilanjutkan oleh elite lokal, dan reformasi hanya menjadi kosmetik.
Namun, buku ini juga menunjukkan virtuous circle—lingkaran kebajikan. Negara yang berhasil membangun institusi inklusif cenderung mempertahankannya karena ada mekanisme check and balance yang kuat, partisipasi luas, dan hukum yang melindungi hak-hak minoritas sekalipun. Amerika Serikat, meski menghadapi tantangan serius, menjadi contoh bahwa institusi inklusif dapat bertahan selama ada perlawanan publik terhadap upaya ekstraksi.
Yang membuat buku ini menggugah adalah pengakuan bahwa perubahan tidak mudah. Institusi inklusif lahir dari konflik, negosiasi, dan kadang revolusi. Dan bahkan setelah lahir, ia selalu terancam. Inklusivitas bukanlah kondisi permanen; ia bisa runtuh bila kekuasaan kembali terkonsentrasi.
Penutup: Belajar dari Peta Sejarah Kekuasaan
Baca Juga: Resensi Buku Collapse (2005): How Societies Choose to Fail or Succeed Karya Jared Diamond
Why Nations Fail pada akhirnya bukan hanya buku ekonomi politik, tetapi peta moral tentang kekuasaan. Ia mengajak pembaca melihat sejarah bukan sebagai rentetan kebetulan, melainkan sebagai hasil dari pilihan politik yang disengaja—pilihan untuk berbagi atau mempertahankan kekuasaan.
Pesannya sederhana namun tajam: kemakmuran yang berkelanjutan hanya mungkin tercapai jika kekuasaan politik bersifat inklusif. Begitu kekuasaan itu menyempit dan ekonomi diarahkan untuk melayani segelintir orang, kemiskinan dan stagnasi adalah konsekuensi logisnya.
Buku ini membuat kita waspada terhadap narasi pembangunan yang menjanjikan kemakmuran tanpa demokrasi, atau reformasi ekonomi tanpa reformasi politik. Ia juga menantang pembaca untuk menilai negaranya sendiri: apakah kita sedang membangun lingkaran kebajikan, atau justru terjebak dalam lingkaran setan ekstraksi?
Di luar semua data dan teori, Why Nations Fail adalah peringatan: nasib bangsa bukanlah takdir yang ditulis oleh geografi atau etnis. Ia adalah hasil dari institusi yang kita biarkan tumbuh. Dan institusi, seperti kebun, bisa dipelihara dengan keterbukaan dan partisipasi—atau dibiarkan layu dalam naungan tembok kekuasaan yang terlalu tinggi. Pilihan itu, pada akhirnya, selalu ada di tangan kita.***