Catatan Denny JA: Petrodollar, Uang Kertas, Minyak, dan Tahta Amerika
- Penulis : Krista Riyanto
- Rabu, 16 Juli 2025 09:24 WIB

Namun, jalan pasca-dolar masih panjang. Tak ada mata uang lain yang memiliki likuiditas, kepercayaan, dan kekuatan militer seperti dolar.
Dunia sedang bermimpi. Tapi mimpi belum cukup untuk membangun sistem baru.
-000-
Baca Juga: Catatan Denny JA: Big Oil, Ketika Perusahaan Lebih Kuat Dibanding Negara
Petrodollar juga hidup dalam tubuh IMF dan Bank Dunia.
Negara-negara miskin berutang dalam dolar untuk membangun jalan, listrik, dan sekolah. Tapi ketika harga minyak naik, utang membengkak. Cadangan devisa terkuras.
Kolonialisme hari ini bukan datang dari bendera asing, tapi dari baris-baris angka di lembar Excel.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Mesiu dan Perang dari Ladang Minyak
Krisis Asia 1998, krisis Lebanon, Sri Lanka, dan Pakistan di tahun-tahun belakangan, semuanya berkait dengan gejolak dolar dan fluktuasi harga energi global.
Imperialisme hari ini bukan ditandai tank, tapi rating kredit.
Ironi terbesar dari petrodollar adalah ini:
Baca Juga: Catatan Denny JA: Pertamina, dari Sumur Minyak Rakyat ke Rantai Global
Negara penghasil minyak seperti Nigeria, Angola, dan Chad tetap bergelimang kemiskinan.