Catatan Denny JA: Mantra Dunia Minyak, Ketahanan dan Kemandirian Energi
- Penulis : Krista Riyanto
- Rabu, 09 Juli 2025 19:06 WIB

Energi, Politik, dan Bisnis: Simfoni atau Perebutan?
Energi adalah sumber daya paling politis. Harga BBM bisa menjadi harga politik. Subsidi energi menjadi alat popularitas. Eksplorasi terganggu oleh tarik-menarik kepentingan.
Contoh tragis: Nigeria. Minyak menjadi kutukan. Korupsi merajalela. Perusahaan asing dan elite lokal menjalin simbiosis predatoris.
Sebaliknya, Arab Saudi menggunakan perusahaan minyak nasionalnya, Saudi Aramco, sebagai alat reformasi fiskal dan modernisasi ekonomi.
Pertanyaannya: akan jadi seperti siapa Indonesia?
-000-
Baca Juga: Riset LSI Denny JA: Publik Berharap Prabowo Subianto Jadi Bapak Pemberantasan Korupsi di Indonesia
Masalah Indonesia, Hari Ini: Jalan Masih Terjal
Produksi minyak dan gas bumi (migas) menurun. Target pencapaian produksi harian (lifting) 1 juta barel per hari belum tercapai. Proyek kilang tersendat. Cadangan menipis. Transisi ke Energi Baru dan Terbarukan (EBT) masih lamban.
Target nasional: kemandirian energi pada tahun 2045. Tapi tanpa terobosan, itu hanya akan menjadi retorika.
Baca Juga: ANALISIS: Mengapa IHSG Bisa Anjlok yang Memicu Halt Trading
Peta Jalan (Roadmap) yang Realistis: