DECEMBER 9, 2022
Ekonomi Bisnis

Pasar Kripto dan Saham AS Terguncang Pasca Serangan AS Ke Iran

image
Ilustrasi kripto dan Bitcoin (Foto: Toko Crypto News)

Yang dikhawatirkan investor terkait keterlibatan AS selain potensi eskalasi konflik ke ranah yang lebih luas, -mempertimbangkan hubungan Iran dengan Rusia dan Korea Utara-, adalah kembali meningkatnya inflasi yang sudah mulai melandai dalam beberapa bulan terakhir.

“Dengan masih berlangsungnya konflik Rusia-Ukraina yang juga menyerap anggaran militer AS, meluasnya konflik Iran-Israel berpotensi meningkatkan kebutuhan anggaran perang pemerintah AS. Di saat yang bersamaan, negosiasi dagang AS dengan China yang belum menemukan titik terang serta ancaman Trump untuk menaikkan tarif kepada negara-negara mitra dagangnya bulan depan semakin menimbulkan ketidakpastian bagi para investor terhadap outlook inflasi,” tambah Fahmi.

Mampu bertahannya Bitcoin di level harga yang ada saat ini di tengah segala sentimen negatif dan ketidakpastian tersebut mengindikasikan kekuatan pasar yang semakin solid, kondisi yang dapat mendukung berlanjutnya reli yang ada pada siklus ini.

Baca Juga: Kecerdasan Buatan Pengaruhi Kemajuan Transaksi Aset Kripto dan Teknologi Blockchain

“Dengan tren yang ada tersebut, adanya perkembangan positif seperti inflasi yang tidak mengalami kenaikan signifikan dan diturunkannya suku bunga The Fed pada September, dapat berpotensi memicu reli yang signifikan di pasar kripto. Apabila tren penurunan suku bunga berjalan sesuai rencana, dengan kembali dilakukannya penurunan baik pada bulan November atau Desember, sentimen positif yang ada berpotensi dapat berkembang ke sektor altcoin yang secara umum sejauh ini cenderung underperformed,” lanjutnya.

Untuk mengoptimalkan potensi tersebut, investor pemula dapat mempertimbangkan strategi menabung rutin untuk mendapatkan harga rata-rata di tengah ketidakpastian yang ada saat ini.

“Sedangkan bagi para investor berpengalaman yang ingin memanfaatkan momentum untuk mendapatkan potensi keuntungan yang lebih optimal, mengadopsi strategi rotasi dengan memindahkan aset yang dimiliki secara berkala mengikuti setiap wave yang ada dan mengakumulasi aset-aset strategis di tengah potensi penurunan suku bunga di kuartal IV tahun ini, menjadi beberapa opsi yang dapat dipertimbangkan,” kata Fahmi.

Baca Juga: Resna Raniadi: Literasi Pemain Kripto di Indonesia Kini Meningkat Signifikan

Dalam melakukan DCA, investor dapat mengoptimalkan fitur yang memudahkan berinvestasi ke aset kripto dan Saham AS potensial.

“Misalnya di fitur Packs di Reku, investor bisa berinvestasi pada berbagai crypto blue chip, aset crypto terkurasi di sektor AI dan memecoin, serta ETF Saham AS dengan performa terbaik dalam sekali swipe untuk memudahkan diversifikasi. Terlebih, fitur Packs yang dilengkapi dengan sistem Rebalancing akan membantu investor menyesuaikan alokasi investasinya sesuai dengan kondisi pasar secara otomatis. Dengan begitu, strategi DCA yang dilakukan dapat lebih mudah, praktis, dan optimal,” jelasnya.***

Halaman:

Berita Terkait