Denny JA Lahirkan Genre Lukisan Imajinasi Nusantara
- Penulis : Krista Riyanto
- Senin, 23 Juni 2025 12:36 WIB

ORBITINDONESIA.COM - Panasnya perang Israel–Iran. Gempuran udara Amerika Serikat ke wilayah Iran.
Luka kemanusiaan yang terus menganga di Jalur Gaza.
Dunia seperti mendekati titik kulminasi sejarah kelam abad ini.
Baca Juga: Denny JA: Puisi Esai Lahir dari Kegelisahan
Namun di tengah gejolak itu, satu narasi tanding ditawarkan bukan lewat senjata, melainkan lewat karya seni.
Denny JA, sastrawan, pelukis, dan pemikir publik Indonesia, merespons tragedi global ini dengan melahirkan serial lukisan perdamaian yang diberi judul The Deal of Century.
Denny JA berkata, “Lukisan ini sekaligus doa agar imajinasi perdamaian tercipta.”
Baca Juga: Denny JA Menyediakan Dana Abadi untuk Puisi Esai
Bukan sekadar lukisan. Ia menawarkan sebuah genre baru yang digagasnya sendiri: Imajinasi Nusantara.
-000-
The Deal of Century adalah Mimpi yang Dilukiskan
Baca Juga: Orasi Denny JA: Merancang Hidup di Era Artificial Intelligence
Empat tokoh dunia hadir dalam kanvas: Donald Trump (AS), Benyamin Netanyahu (Israel), Ayatollah Ali Khamenei (Iran), dan Mahmoud Abbas (Palestina).
Mereka berdiri dengan ekspresi khas, mengenakan batik Nusantara yang memesona. Di belakang mereka: merpati membawa ranting zaitun, jet tempur yang berhenti di langit, bola dunia, mikrofon perdamaian.
Tajuk besar terpampang: THE DEAL OF CENTURY.
Baca Juga: Analisis Denny JA: Setelah Amerika Serikat Menjatuhkan Bom ke Iran
Sebuah kesepakatan perdamaian global digambarkan secara simbolik: dua negara merdeka berdampingan—Israel dan Palestina—yang saling menghormati.
Dalam narasi imajiner itu, keempat tokoh menandatangani perjanjian bersejarah dan dianugerahi Nobel Perdamaian. Dunia pun bernafas lega.
Namun Denny JA tak berhenti hanya pada pesan damai. Ia memperkenalkan sesuatu yang lebih besar: genre lukisan baru yang disebutnya sebagai Imajinasi Nusantara.
Baca Juga: Denny JA Melukis Perdamaian THE DEAL OF CENTURY Melalui Bantuan Artificial Intelligence
-000-
Apa Itu Genre Imajinasi Nusantara?
Jika dalam sastra Denny JA dikenal sebagai pencetus puisi esai, maka dalam seni rupa ia kini memperkenalkan genre Imajinasi Nusantara—sebuah pendekatan lukisan yang belum pernah ada sebelumnya.
Genre ini lahir dari tiga elemen utama:
1. Batik sebagai representasi budaya Nusantara, dikenakan para tokoh dengan corak mencolok dan sangat detail. Batik bukan sekadar dekorasi, tapi menjadi simbol identitas, harmoni, dan spiritualitas lokal.
2. Figur manusia yang dilukis secara realistis dan proporsional, dengan wajah yang kuat secara ekspresif, tubuh yang utuh secara anatomis, dan emosi yang disampaikan secara lembut namun dalam.
3. Latar belakang yang imajinatif dan surealis, dengan langit tak biasa, burung-burung simbolik, awan yang bermakna, kabut yang menyiratkan harapan, serta benda-benda melayang yang menyuarakan semesta batin dan spiritualitas.
Apa Bedanya dengan Genre Lukisan Lain?
Berbeda dari realisme murni yang meniru dunia apa adanya, atau surrealisme murni yang membebaskan bentuk tanpa batas, Imajinasi Nusantara menggabungkan realisme tubuh dan surrealisme lingkungan dengan akar budaya Indonesia.
Di dunia Barat, kita mengenal Impresionisme lahir di Prancis, Kubisme dari Picasso, Ekspresionisme dari Jerman, dan Abstrak dari Kandinsky.
Kini, dari Indonesia, muncul genre baru yang menyatukan estetika lokal dan visi global: Imajinasi Nusantara.
Ini bukan genre eksotik yang hanya berlaku lokal. Dengan tokoh dunia seperti Trump dan Netanyahu memakai batik, genre ini menjadi medium diplomasi kultural. Lukisan menjadi pernyataan.
-000-
Galeri di Hotel: Demokratisasi Seni
Sejak 2022 hingga 2025, Denny JA telah menghasilkan lebih dari 600 lukisan bersama asisten AI-nya.
Lukisan-lukisan ini tidak disimpan di ruang elitis galeri internasional, tapi justru dipamerkan di 8 hotel budget di Jakarta dan Jawa Barat, agar masyarakat dari berbagai latar dapat menikmatinya secara langsung.
Lukisan menjadi bagian dari hidup sehari-hari. Seni tidak harus eksklusif. Itulah semangat demokratisasi seni rupa yang diusung Denny JA.
Kini, ia melangkah lebih jauh. Sebanyak 50 lukisan baru sedang disiapkan, semuanya dengan genre Imajinasi Nusantara.
Ini bukan proyek biasa. Ini adalah deklarasi seni dari seorang seniman yang ingin memberi sumbangan pada sejarah lukisan dunia—bahwa dari Indonesia, ada genre lukisan khas yang lahir dari batik, dari surrealisme, dan dari tubuh manusia yang utuh.
Denny JA menegaskan bahwa semua pelukis besar dunia yang mewarnai sejarah seni—umumnya juga membawa serta satu genre baru yang memperkaya dunia. Kini giliran Indonesia ikut meletakkan warna dalam palet sejarah itu.
-000-
Di tengah luka dan bara konflik, lukisan The Deal of Century hadir bukan sebagai utopia kosong. Ia adalah doa visual, sebuah ziarah estetis menuju kemungkinan yang lebih damai, lebih beradab.
Seperti kata Rumi, “What you seek is seeking you.”
Maka, jika perdamaian yang kita cari, biarkan lukisan ini menjadi doa kolektif kita.
Denny JA telah membukakan jalannya: melalui Imajinasi Nusantara, dunia bisa kita bayangkan ulang—dengan batik, dengan seni, dan dengan harapan.***