DECEMBER 9, 2022
Puisi

Puisi Esai Denny JA: 100 Tahun Gedung Bunga Rampai

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Gedung ini menyaksikan,
desah napas anak-anak muda,
yang mulai merajut impian bersama:
Satu Bangsa,
Satu Bahasa,
Satu Tanah Air.

Di ruang tamu itu,
aku membayangkan Bung Hatta duduk,
membuka kancing kerah bajunya,
menghela napas panjang,
dan berkata:
“Negeri ini terlalu berharga untuk terus dijajah.”

Tokoh-tokoh perjuangan datang dan pergi,
di rumah ini,
diiringi aroma teh melati
dan debat yang tak selalu lembut.

Terkadang,
meja pun bergetar
oleh ketukan amarah
dan harapan yang meluap,
meminta merdeka.

Lihatlah aroma gedung ini.
Ia menyimpan jantung para pejuang.
Mereka tak sempat menulis memoar, 
tapi menitipkannya pada udara di gedung ini.

-000-

Lalu waktu berputar.
2007 datang.

Rumah ini berubah rupa—
dari rumah pribadi
menjadi restoran Bunga Rampai.

Namun, arwah sejarah tak pernah pergi.
Ia hanya berpindah meja.

Cinta tanah air masih bersemayam
di aroma Nasi Seruni,
di gurih Sayur Lodeh Gedongan,
di lezatnya Wedang Ronde,
Es kopyor duren,
dan jajanan pasar Putri Mandi

Halaman:

Berita Terkait