
Umar bin Khattab, Meski hajinya tidak disebut khusus, Umar menjadikan semangat haji sebagai landasan pemerintahannya: sederhana, tegas, melayani rakyat.
Ia bahkan berkata, “jika bukan karena jihad dan haji, ia lebih ingin jadi rakyat biasa”.
Doa dan Cermin Diri
Baca Juga: BP Haji Bertemu Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi, Bahas Persiapan Penyelenggaraan Haji
Kini aku telah selesai menunaikan seluruh rangkaian ibadah haji. Tapi yang belum selesai adalah perjalanan batin menuju mabrur. Aku tidak tahu jawabannya. Hanya Allah yang tahu.
Di tengah euforia sebagian orang yang merasa “selesai”, aku justru merasa ini adalah awal. Kini, gelar ‘Haji’ seakan menjadi status sosial, bukan cermin spiritual. Banyak yang kembali dari Mekah dengan koper yang lebih berat, tapi hati yang tak berubah. Sementara mereka yang benar-benar mabrur, justru pulang dengan jiwa yang lebih ringan: bebas dari kebencian, rakus, dan riya.”
Malam makin larut. Aku bertanya ke dalam diri.
Baca Juga: Kemlu RI: 6 Warga Indonesia Meninggal Dalam Kecelakaan Bus Rombongan Umrah di Arab Saudi
“Sudahkah aku menjadi haji mabrur? Ataukah aku hanya menambahkan satu kata di depan namaku, tapi tak menghapus satu noda dalam hatiku?”
Sudah tiga minggu aku di tanah suci ini. Aku masih akan tinggal disini tiga minggu lagi. Aku ingin pulang bukan dengan membawa kebanggaan, tapi harapan. Bukan dengan kepastian, tapi dengan ketundukan.
Karena mabrur bukanlah hasil. Ia adalah perjalanan yang terus berjalan. Ia bukan titik, tapi garis yang terus menghubungkan bumi dan langit—melalui akhlak, amal, dan keikhlasan.
Baca Juga: Orasi Denny JA: Umrah di Era Artificial Intelligence
Mekkah 10 Juni 2025