DECEMBER 9, 2022
Kolom

Haji Mabrur: Gelar Yang Tak Terucap

image
Elza Peldi Taher dan istrinya Maya (Foto: Koleksi pribadi)

Oleh Elza Peldi Taher*

ORBITINDONESIA.COM - Tengah malam, 10 Juni 2025, pukul 01.00 dini hari. Bersama istriku, Maya, dan rombongan, aku melangkah menuju Masjidil Haram. Malam yang sunyi, langit Mekkah seolah menyaksikan langkah-langkah yang lirih tapi pasti.

Di hadapan kami terbentang salah satu puncak dari seluruh rangkaian ibadah haji: tawaf ifadah dan sai. Dua ibadah penutup yang akan menyempurnakan seluruh gerak lahiriah menuju gelar yang diimpikan setiap muslim: haji mabrur.

Baca Juga: BP Haji Bertemu Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi, Bahas Persiapan Penyelenggaraan Haji

Sesampainya di sana, aku menatap Ka'bah dengan dada yang bergetar. Perasaan campur aduk. Kami mulai bertawaf. Langkah demi langkah mengelilingi Baitullah, air mata mengalir. Aku sebentar lagi akan menyandang gelar itu—gelar yang tak hanya berat secara lafaz, tapi juga sarat makna spiritual: mabrur.

Usai tawaf, kami salat subuh tepat di hadapan Ka'bah. Jarakku hanya beberapa meter dari dinding suci itu. Biasanya aku salat ribuan kilometer jauhnya dari rumahku, dari kampung halamanku. Tapi kini, bangunan yang menjadi kiblat semesta itu berdiri begitu dekat. Aku menghadap-Nya, bukan sekadar dengan wajah, tapi dengan seluruh jiwaku.

Kami lanjutkan dengan sai—berlari-lari kecil antara bukit Shafa dan Marwah. Inilah jejak Siti Hajar, perempuan mulia yang berlari mencari air untuk anaknya Ismail.

Baca Juga: Kemlu RI: 6 Warga Indonesia Meninggal Dalam Kecelakaan Bus Rombongan Umrah di Arab Saudi

Sai bukan sekadar gerak kaki. Ia adalah simbol perjuangan seorang ibu, simbol pengharapan dan keteguhan. Dalam setiap langkah sai, kami belajar arti tawakal: bergerak tanpa tahu hasil, tapi percaya bahwa Allah tak akan meninggalkan hamba-Nya.

Usai sai, kami larut dalam kelegaan. Semua rukun dan kewajiban haji telah tertunaikan. Tak ada yang tertinggal. Istriku Maya mendekapku erat. Pelukan penuh makna. Tiga puluh tahun lebih kami hidup bersama, dan kini kami mencapai puncak hidup ini: menyempurnakan separuh agama dengan melengkapi rukun Islam kelima. Haji, di tanah suci.

Tapi dalam hati kecilku muncul satu pertanyaan: Apakah aku sudah menjadi haji mabrur?

Baca Juga: Orasi Denny JA: Umrah di Era Artificial Intelligence

Apa Itu Haji Mabrur?

Halaman:

Berita Terkait