Catatan Denny JA: Mendengar Obama yang Mendukung Harvard University Melawan Donald Trump
- Penulis : Krista Riyanto
- Rabu, 04 Juni 2025 07:44 WIB

Obama, lewat kalimat-kalimatnya, menjadikan Harvard sebagai arena pertarungan nilai itu.
Ia memperingatkan: jika universitas dibungkam, demokrasi akan runtuh perlahan. Jika kampus tunduk pada kekuasaan, maka ilmu dan kemerdekaan manusia ikut mati.
Pidato Obama bukan hanya seruan politik, tapi deklarasi etika. Ia mengajak kita—dosen, penulis, mahasiswa, orang tua—untuk berdiri bersama, menjaga agar kampus tetap menjadi benteng nurani dan cahaya peradaban.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Elon Musk Akhirnya Meninggalkan Donald Trump
-000-
Dalam peristiwa ini, Harvard bertransformasi. Dari simbol elite akademik, ia menjadi simbol moral dunia.
Dari Yale hingga Stanford, dari Oxford hingga UI, diskusi publik mencuat: apakah kebebasan akademik masih dilindungi? Atau justru menjadi sasaran ideologi negara?
Baca Juga: Catatan Denny JA: Kecerdasan Spiritual Pun Menjadi Kecerdasan Terpenting
Di Indonesia, kita masih ingat: banyak dosen dipecat di masa Orde Baru karena pandangan yang berbeda. Dan sejarah selalu berbicara:
Ketika kampus dibungkam, tirani berjaya. Ketika kampus melawan, peradaban bernapas.
Di setiap sudut dunia, di mana pun kampus berdiri, pata. pencari ilmu selalu diuji oleh kekuasaan dan ketakutan.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Pembantaian di Final Liga Champions Eropa 2025 dan Filosofi Baru Sepak Bola
Namun sejarah membuktikan, di beberapa tempat, api kebebasan tak pernah padam oleh intimidasi.