Sarang Burung Walet Jadi "Jembatan" antara Indonesia dan China
- Penulis : Abriyanto
- Kamis, 29 Mei 2025 00:30 WIB

ORBITINDONESIA.COM - Lebih dari sekadar bahan makanan kaya nutrisi, sarang burung walet telah menjadi bagian penting dalam kisah panjang hubungan persahabatan antara Indonesia dan China. Di era modern ini, meningkatnya permintaan dari konsumen China telah memberikan kesempatan ekonomi baru bagi Indonesia dan menciptakan ribuan tenaga kerja.
Berdasarkan data Perkumpulan Pengusaha Sarang Burung Indonesia (PPSBI), volume ekspor sarang burung walet Indonesia pada tahun lalu mencapai 1.273 ton, dengan hampir sepertiganya dikirim ke China. Jumlah itu belum termasuk yang sampai ke pasar China melalui Daerah Administratif Khusus (Special Administrative Region/SAR) Hongkong di China selatan yang jumlahnya lebih dari 500 ton.
Namun, jauh sebelum berkembang seperti saat ini, sarang burung walet Indonesia diyakini sudah banyak dikirim ke China sejak abad ke-14 Masehi bersamaan dengan pelayaran Laksamana Zheng He alias Cheng Ho ke Indonesia. Saat itu, produk ini lebih banyak dikonsumsi oleh bangsawan di dalam istana kerajaan di China.
Baca Juga: Sistem "Haijing" China Hadir di Indonesia dengan Teknologi Baru dan Catatkan Terobosan Internasional
Seiring berjalannya waktu, sarang burung semakin populer di kalangan masyarakat China secara umum, termasuk di kelompok anak muda karena khasiatnya yang diyakini baik untuk kecantikan.
Popularitas ini yang kemudian mendorong peningkatan permintaan dari China, tercermin dari volume ekspor ke China yang meningkat 24 kali lipat dalam satu dasawarsa terakhir, dari hanya 14,7 ton pada 2015 menjadi 376,2 ton pada tahun lalu.
"Trennya sangat positif, sebab kesadaran masyarakat China terhadap khasiat sarang burung walet terus meningkat, didukung juga dengan adanya penelitian-penelitian terkini tentang manfaatnya bagi kesehatan," kata Ketua PPSBI Boedi Mranata dalam wawancara dengan Xinhua.
Baca Juga: Gaikindo Sebut Mobil Hybrid China Berpotensi Raih Kesuksesan di Indonesia
Titik baliknya terjadi pada 2015, saat otoritas China mulai membuka secara resmi impor langsung sarang burung walet dari Indonesia. Perusahaan milik Boedi dengan merek 'Xiao Niao' menjadi yang pertama mendapat izin dari otoritas China pada saat itu.
Seiring lonjakan permintaan tersebut, jumlah perusahaan yang saat ini telah mengantongi izin ekspor ke China semakin banyak, yakni sekitar 50 perusahaan, dibandingkan satu dasawarsa lalu yang hanya enam perusahaan. Di sisi lain, kuota untuk eksportir Indonesia juga terus meningkat, dari hanya 79 ton per tahun menjadi 694 ton meski hanya terealisasi separuhnya.
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, bekerja sama dengan China Agricultural Wholesale Market Association (CAWA), menggelar forum pertemuan bertajuk "Konferensi Tingkat Tinggi Sarang Burung" (Bird's Nest Summit) pada Maret lalu di Jakarta. Dihadiri puluhan pelaku usaha dari kedua negara beserta sejumlah asosiasi, pertemuan tersebut bertujuan untuk memperkuat perdagangan sarang burung walet.
Baca Juga: Perdagangan China-AS Kembali Bangkit di Tengah Visi Bersama yang Saling Menguntungkan
Meski berlandaskan hubungan bisnis, Boedi meyakini perdagangan sarang burung walet antara Indonesia dan China telah menjadi jembatan tidak langsung dalam memperkuat persahabatan kedua bangsa.