DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Mengapa Bank Dunia Tempatkan Indonesia Negara Berpenduduk Miskin Keempat?

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Bank Dunia juga membantu memetakan kerentanan tersembunyi. Seseorang bisa saja dianggap tidak miskin menurut BPS, tetapi tetap hidup jauh dari sejahtera jika dilihat dari standar global.

Angka-angka ini menjadi bahasa universal dalam diplomasi pembangunan, evaluasi SDGs, dan perumusan strategi bantuan internasional.

Yang membuat pendekatan ini istimewa adalah sistem multi-tier—dengan garis US$2.15, US$3.65, dan US$6.85.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Akhirnya yang Menang adalah Cinta

Ini memungkinkan pemahaman lebih rinci atas transisi sosial ekonomi dari kemiskinan ekstrem menuju kesejahteraan relatif.

Kelemahan Pendekatan Bank Dunia Juga Perlu Dicatat

Meski bermanfaat, pendekatan ini memiliki keterbatasan. Garis US$6.85 tidak selalu mencerminkan harga dan pola hidup lokal.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Ketika Nanti Amerika Serikat Mengakui Negara Palestina Tanpa Hamas

Angka 60 persen kemiskinan bisa menciptakan kebingungan atau bahkan kepanikan publik, terutama jika tidak disertai penjelasan metodologi.

PPP adalah alat analisis makro yang sulit diterapkan secara langsung dalam kebijakan mikro seperti penyaluran BLT atau penetapan UMR.

Dengan tiga batas kemiskinan yang berbeda, muncul pula ambiguitas: siapa yang seharusnya menjadi prioritas intervensi?

Baca Juga: Catatan Denny JA: Penentu Utama Meraih Mimpi

Ditambah lagi, pendekatan ini masih cenderung mengabaikan dimensi non-moneter dari kemiskinan. Misalnya akses pendidikan, air bersih, layanan kesehatan, dan jaminan sosial.

Halaman:

Berita Terkait