DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Mengapa Bank Dunia Tempatkan Indonesia Negara Berpenduduk Miskin Keempat?

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Bank Dunia menggunakan garis kemiskinan global berdasarkan Purchasing Power Parity (PPP).

Tiga ambang batasnya adalah US$2.15 per hari untuk kemiskinan ekstrem, US$3.65 untuk negara berpenghasilan menengah bawah, dan US$6.85 untuk negara berpenghasilan menengah atas seperti Indonesia.

PPP dirancang untuk menyesuaikan daya beli antarnegara, bukan hanya berdasarkan nilai tukar mata uang.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Akhirnya yang Menang adalah Cinta

Di sisi lain, BPS menggunakan pendekatan Cost of Basic Needs (CBN). Ia menghitung kebutuhan dasar pangan sebesar 2.100 kalori dan kebutuhan non-pangan seperti perumahan, pendidikan, dan transportasi.

Ini sesuai dengan pola konsumsi masyarakat Indonesia. Data ini bersumber dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang mencatat pengeluaran rumah tangga.

Bank Dunia melihat dunia dari langit: mencari standar universal agar seluruh negara dapat dibandingkan secara seragam.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Ketika Nanti Amerika Serikat Mengakui Negara Palestina Tanpa Hamas

BPS menyentuh bumi: menghitung realitas sehari-hari rakyat Indonesia, rupiah demi rupiah.

Mengapa Angka Bank Dunia Layak Diperhitungkan? Dan apa kelemahannya?

Garis kemiskinan Bank Dunia penting karena memberikan konsistensi internasional. Ia seperti satuan meter dalam pengukuran panjang. Ia berlaku seragam di seluruh dunia.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Penentu Utama Meraih Mimpi

Selain itu, penggunaan PPP membuat data ini lebih sensitif terhadap daya beli riil, bukan sekadar angka nominal dalam kurs mata uang.

Halaman:

Berita Terkait