Kolom
Catatan Denny JA: Papua yang Luka dan Melahirkan Puisi
- Penulis : Krista Riyanto
- Selasa, 20 Mei 2025 19:31 WIB

(OrbitIndonesia/kiriman)
Ia tak sekadar bersuara. Ia membuat gema.
Esther Haluk bukan hanya perempuan Papua,
tapi wajah dari sebuah tanah yang menolak dikubur dalam diam.
-000-
Esther Haluk mengingatkan kita bahwa kata bukanlah pelarian. Ia adalah perlawanan. Ketika sejarah ditulis oleh penguasa, puisi seperti milik Ester menjadi kontra-narasi yang hidup.
Di tanah yang diberkati emas,
namun anak-anaknya kelaparan,
di tanah yang penuh tambang,
tapi rakyatnya ditambang air matanya,
puisi menjadi senjata terakhir.