DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

In Memoriam Harry Wibowo: Jejak Langkah Aktivis-Pemikir yang tak Pernah Mundur

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Ia tak tergoda dunia gemerlap. Ia memilih tetap berjalan kaki di lorong intelektual, walau kadang sepi dan dingin.Tujuh tahun lalu, kami kembali duduk satu meja. Harwieb datang dengan proposal pengukuran hak asasi manusia. Ia ingin membuat Human Rights Index Indonesia.

“Gue eksekutor,” katanya sambil tersenyum. “Elo penyandang dana. Kita bentuk lembaga yang punya daya ukur etis terhadap negara.”

Penjelasannya seperti biasa: solid, sistematis, dan disertai paper ilmiah. Namun kesibukan memisahkan rencana itu. Dan waktu, seperti biasa, punya cara sendiri untuk menguji niat.

Baca Juga: Sektor Wisata Berdenyut Kencang, Ekonomi Bali Bangkit

Pernah suatu malam di tahun 2017, Harwieb mengirim foto lewat pesan singkat. Rak buku tua di sudut kamarnya, disinari lampu meja yang redup.

Di antara tumpukan jurnal Prisma dan catatan tangan, tergeletak minuman yang sudah dingin.

"Den, lihat ini, "tulisnya. "Gue baru temukan catatan diskusi kita tahun 1990. Masih relevan: kecerdasan bukan untuk patuh, tapi untuk berani."

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA Menyambut Waisak: Bunga Meditasi untuk Tina Turner

Saya tak segera membalas. Tapi di kantornya yang sepi, ia sedang tersenyum.

Seperti biasa, Harwieb tak butuh tepuk tangan. Cukup secangkir minuman, kertas-kertas yang bernafas, dan keyakinan bahwa gagasan yang historis tak pernah kadaluarsa.

-000-

Baca Juga: Catatan Denny JA: Menemukan Jalan Karier Sejati

Seminggu yang lalu, sahabat kami, Nur Imam Subono (Boni), mengabarkan kabar yang lebih berat: Harwieb sakit keras.

Halaman:

Berita Terkait