Penguatan Kerja Sama ASEAN Juga Mesti Ditempuh Saat Hadapi Tarif Resiprokal Donald Trump
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Rabu, 16 April 2025 00:05 WIB

Terkait relasi dengan Amerika Serikat di tengah kepemimpinan Trump hingga 4 tahun ke depan, Dino Patti Djalal menyatakan bahwa komunitas dunia sebaiknya “move on” dari AS apabila negara tersebut semakin kurang bisa diajak kerja sama.
Ia mencontohkan bahwa ketika AS tiba-tiba mengajukan perubahan naskah Konvensi Hukum Laut Internasional (UNCLOS) 1982 secara sepihak, negara-negara yang sudah membahas konvensi tersebut selama hampir satu dasawarsa tegas menolak meski AS mengancam tak akan ikut tanda tangan.
Pada akhirnya, tuntutan AS tidak dipenuhi, UNCLOS disahkan sesuai kesepakatan penyusunnya, dan AS pun tak pernah menandatangani konvensi hukum laut hingga saat ini.
Baca Juga: Menlu Sugiono Tegaskan Komitmen Indonesia Mendukung Visi Komunitas ASEAN 2045
“With or without the US, we must move on,” kata dia.
Selain itu, Rizal Sukma memandang bahwa dampak kebijakan Trump masih akan dialami dunia bahkan hingga 10—15 tahun setelah Trump selesai menjabat sebagai Presiden AS. Hal itu menunjukkan besarnya efek dari kebijakan ekonomi Trump di tingkat global.
Meski keputusan Trump menangguhkan pemberlakuan tarif resiprokal pada 9 April seperti memberi sedikit kelegaan bagi dunia, dampaknya yang sangat besar sudah melebar ke mana-mana. Salvo meriam perang dagang di era Trump 2.0 kembali ditembakkan.
Baca Juga: Beberapa Desa Wisata di Indonesia Raih Penghargaan di ASEAN Tourism Award 2025
Kebijakan tarif Trump semestinya menjadi pengingat supaya Asia Tenggara meneguhkan komitmen untuk terus kompak melalui optimalisasi institusi ASEAN dan semakin meneguhkan sikap proaktif supaya bisa segera berstrategi secara kolektif menghadapi ancaman yang mengintai.
Apalagi, seperti kata Wakil Menteri Luar Negeri RI Arrmanatha Nasir, manuver Trump selama ini “mempercepat rusaknya sistem multilateralisme” yang semangatnya saat ini semakin luntur, sehingga tidak ada pilihan lain buat seratus sekian negara di dunia, termasuk di Asia Tenggara, selain menguatkan reformasi sistem multilateral.
(Oleh Nabil Ihsan) ***
Baca Juga: Survei FPCI: China Dipandang sebagai Mitra Paling Relevan Bagi Masa Depan ASEAN