DECEMBER 9, 2022
Internasional

Survei FPCI: China Dipandang sebagai Mitra Paling Relevan Bagi Masa Depan ASEAN

image
Ketua FPCI Dino Patti Djalal (kiri) bersama Direktur Jenderal Riset dan Desain Kebijakan di Lembaga Penelitian Ekonomi ASEAN dan ERIA Naoto Okura (kanan) dalam acara Publication of FPCI-ERIA ASEAN Peoples' Perceptions Survey (APPS) 2024 Report di Jakarta, Kamis, 30 Januari 2025. (ANTARA/Kuntum Riswan.)

ORBITINDONESIA.COM - Survei Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) mengungkap bahwa China dipandang sebagai mitra paling relevan bagi masa depan ASEAN.

“Jepang, (mitra) yang paling dipercaya, tetapi ketika bertanya kepada responden, mitra yang paling relevan bagi masa depan ASEAN, jawabannya secara konsisten adalah China,” kata Ketua FPCI Dino Patti Djalal dalam acara Publication of FPCI-ERIA ASEAN Peoples' Perceptions Survey (APPS) 2024 Report di Jakarta, Kamis, 30 Januari 2025.

APPS 2024 yang mengumpulkan dari 2.028 responden dari semua negara anggota ASEAN, serta dari Timor-Leste tersebut, mencatat bahwa China sebagai mitra paling relevan bagi masa depan ASEAN memperoleh suara 31,9 persen. Disusul dengan Korea Selatan dan Jepang yang masing-masing memiliki persentase 19,58 persen dan 19,43 persen.

Baca Juga: Senior Fellow FPCI Shofwan Al-Banna: Indonesia dan India Harus Jadi Penentu Masa Depan dan Kemajuan Indo-Pasifik

Sedangkan Jepang yang menyandang predikat menjadi mitra paling dapat dipercaya atau diandalkan mendapat suara 41,47 persen. Pada peringkat kedua dan ketiga adalah Uni Eropa dengan 13,46 persen dan Australia 12,52 persen.

Selain temuan tersebut, Dino menyampaikan bahwa ada tiga tren utama lain yang dapat dilihat dari survei yang dilakukan bersama Lembaga Penelitian Ekonomi ASEAN dan Asia Timur (ERIA) tersebut. Tren kedua adalah isu-isu ekonomi dipandang sebagai yang paling menarik dan signifikan bagi Asia Tenggara.

“Dan akibatnya, inisiatif ekonomi dan pembangunan selalu menerima pengakuan tertinggi di kawasan ini, seperti Belt and Road Initiative 78 persen, Official Development Assistance Jepang 66 persen, RCEP 63 persen, dan Indo-Pacific Economic Framework 53 persen,” ucapnya.

Baca Juga: Dino Patti Djalal: Diplomasi Indonesia Harus Berprinsip dan Tegas, Bebas dari Kepentingan Politik Sesaat

Sedangkan di sisi lain, isu-isu keamanan selalu dianggap sebagai isu yang yang paling memecah belah. Misalnya, China secara konsisten menerima perhatian keamanan tertinggi sebagai mitra dialog.

Tren ketiga adalah adanya konsensus bahwa ASEAN hadir bukan untuk memihak, dan negara-negara besar tidak boleh mendorong ASEAN ke arah mana pun. Adapun tren keempat adalah gagasan tentang sentralitas ASEAN dan otonomi strategis sangat selaras dengan pemikiran dan perasaan masyarakat Asia Tenggara.

“Dengan kata lain, itu bukan hanya konsep yang dikenal oleh para pejabat dan diplomat saja,” jelas Dino.

Baca Juga: Dino: Hasjim Djalal Diplomat Senior dengan Sosok Anak Kampung yang Sederhana Hingga Akhir Hayat

Namun, demikian, lanjut dia, laporan tersebut juga menemukan masalah. Ketika gagasan tentang sentralitas ASEAN memenangkan pemikiran dan perasaan masyarakat serta mitra, ASEAN dinilai belum menerapkannya secara efektif. Para pemimpin ASEAN dibayangi oleh pikiran tentang persaingan kekuatan besar, dan mitra dialog kesulitan untuk melampaui rivalitas tersebut.

Halaman:

Berita Terkait