Wang Lutong: Dunia Butuh Keadilan, Bukan Hegemoni
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Sabtu, 12 April 2025 07:40 WIB

Sejak awal tahun ini, Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) serta berbagai lembaga keuangan telah menaikkan prediksi pertumbuhan ekonomi Tiongkok, dan menganggap “kepastian” Tiongkok sebagai pelabuhan aman untuk menetralisir “ketidakpastian” dari AS.
Sebagai ekonomi terbesar kedua dan pasar konsumsi barang terbesar kedua di dunia, bagaimana pun situasi internasional berubah, pintu keterbukaan Tiongkok terhadap dunia justru akan semakin lebar.
Tiongkok akan dengan teguh memajukan keterbukaan tingkat tinggi kepada dunia luar, secara bertahap memperluas keterbukaan institusional dalam hal aturan, regulasi, tata kelola, dan standar, menerapkan kebijakan liberalisasi dan fasilitasi perdagangan serta investasi yang bertingkat tinggi, menciptakan lingkungan bisnis unggul yang berorientasi pasar, berbasis hukum, dan berstandar internasional, serta berbagi peluang pembangunan dengan dunia untuk mewujudkan menang bersama dan saling menguntungkan.
Bersatu mengatasi kesulitan
Multilateralisme merupakan pilihan yang tak terelakkan untuk mengatasi berbagai kesulitan dan tantangan yang dihadapi dunia, dan globalisasi ekonomi adalah arus sejarah yang tak terbendung.
Menghadapi tindakan intimidatif AS yang terus-menerus memeras negara-negara lain tanpa batas, menunjukkan kelemahan dan kompromi hanya akan membuat AS bertindak semakin merajalela.
Baca Juga: Pandemi Mereda, Pemerintah Siap Sambut Kedatangan Wisman Asal Tiongkok ke Bali
Sebagai perwakilan dari negara berkembang besar dan emerging market, Tiongkok dan Indonesia memiliki tanggung jawab untuk bekerja sama dengan negara-negara Global South dalam memperkuat solidaritas dan kolaborasi, bersama-sama menentang praktik keliru AS dalam memberlakukan tarif secara sewenang-wenang dan memicu perang dagang di forum-forum seperti G20, APEC, BRICS, dan WTO, menyerukan agar AS meninggalkan pola pikir zero-sum game, segera mencabut tindakan tarif sepihak, serta kembali ke jalur dialog dan kerja sama yang benar, bersama-sama menegakkan keadilan, menjaga kepentingan bersama masyarakat internasional, dan membawa manfaat bagi rakyat semua negara di tengah situasi dunia yang penuh gejolak dan perubahan.
Hanya dengan bergandengan tangan dan bekerja sama, kita dapat memastikan bahwa perdagangan tetap menjadi jembatan, bukan tembok pemisah.
Hanya dengan menjunjung tinggi multilateralisme yang sejati dan dengan teguh mempertahankan sistem perdagangan multilateral, kita dapat mendorong globalisasi ekonomi berkembang ke arah yang lebih terbuka, inklusif, menguntungkan semua pihak, dan seimbang.
Baca Juga: Tumbuh 5,31 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lebih Baik dari AS dan Tiongkok
Hanya dengan solidaritas dan kolaborasi, kita dapat bersama-sama mengatasi kesulitan yang dihadapi.