DECEMBER 9, 2022
Kolom

Riset LSI Denny JA: Publik Berharap Prabowo Subianto Jadi Bapak Pemberantasan Korupsi di Indonesia

image
Logo LSI Denny JA.

1. Korupsi: Luka yang Tak Kunjung Sembuh

Korupsi bukan sekadar kejahatan finansial, tetapi penyakit kronis yang merusak moral birokrasi dan perekonomian.

Saat ini, Indeks Persepsi Korupsi (CPI) Indonesia hanya 34, tertinggal dari Singapura (83), Jepang (73), dan Korea Selatan (63).

Baca Juga: Prabowo-Gibran Menang Satu Putaran Saja? Inilah Kajian Riset LSI Denny JA

Dari kasus mafia migas di Pertamina, suap dalam proyek infrastruktur, hingga skandal impor, korupsi telah merugikan negara triliunan rupiah setiap tahun.

Negara-negara yang berhasil keluar dari jerat ini—Singapura, Denmark, Finlandia—telah membuktikan bahwa pemberantasan korupsi adalah fondasi utama tata kelola pemerintahan yang baik.

Jika masalah ini tidak ditangani dengan serius, Indonesia akan terus kehilangan kepercayaan investor, pertumbuhan ekonomi akan tersendat, dan kesejahteraan rakyat akan tergadaikan.

Baca Juga: Riset LSI Denny JA: Pilkada Sebaiknya Mengikuti Aturan Pilpres yang Baru

2. Efektivitas Pemerintahan: Antara Kebijakan dan Realita

Efektivitas pemerintahan Indonesia saat ini hanya 0,58, jauh tertinggal dari Singapura (2,32), Jepang (1,63), dan Korea Selatan (1,4).

Banyak kebijakan pemerintah yang disusun dengan baik di atas kertas, tetapi gagal diimplementasikan karena birokrasi yang tidak efisien, regulasi yang berbelit, serta minimnya akuntabilitas.

Baca Juga: Inilah Respons Positif dan Negatif 100 Hari Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka Hasil Riset LSI Denny JA

Negara-negara seperti Singapura dan Korea Selatan telah berhasil membangun sistem birokrasi yang cepat, transparan, dan berbasis teknologi. Indonesia masih berkutat dengan prosedur yang lambat dan korupsi dalam pelayanan publik.

Halaman:

Berita Terkait