DECEMBER 9, 2022
Kolom

Pemanfaatan Teknologi Nuklir untuk Dunia Kesehatan

image
Tenaga kesehatan melakukan pemeriksaan medis menggunakan teknologi SPECT CT di RSUP Dr. Hasan Sadikin (RSHS), Bandung, Jawa Barat. RSHS meluncurkan penggunaan PET CT-SCAN dan SPECT CT sebagai jenis pencitraan teknologi kedokteran nuklir dan teranostik molekular dalam optimalisasi pelayanan diagnostik hingga evaluasi penanganan pasien kanker, jantung, dan pasien penyakit saraf. ANTARA FOTO/Novrian Arbi/Spt.

Capaian anak bangsa

Tantangan bersama bangsa ini adalah bagaimana agar kedokteran berbasis teknologi nuklir dapat lebih maju, selaras dengan teknologi nuklir bidang kesehatan sudah sangat berkembang pada level global.

Kedokteran nuklir adalah spesialisasi medis yang melibatkan penerapan zat radioaktif dalam diagnosis dan terapi atau pengobatan penyakit. Dari segi keamanan, kedokteran nuklir sangat aman, dalam artian aman untuk pasien, aman untuk paramedis, dan aman pula untuk lingkungan,

Baca Juga: Kunjungi Pangkalan Rudal, Kim Jong Un Siagakan Senjata Nuklir

Kabar baik datang dari tanah air, ketika portofolio periset Indonesia memperoleh pengakuan global, salah satunya atas nama Joko Sumanto, peneliti di Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir, Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN).

Ia adalah salah seorang peneliti yang selaras dengan misi BATAN, yaitu terus berusaha memasyarakatkan aplikasi teknologi nuklir untuk maksud damai di bidang kesehatan. BATAN sendiri telah ikut membidani lahirnya Bidang Kedokteran Nuklir di Indonesia.

Ia bersama tim menciptakan sebuah alat yang bernama Renograf. Dengan memanfaatkan energi nuklir, alat berbentuk kursi yang terhubung dengan seperangkat komputer dan dilengkapi dengan sebuah kotak yang merupakan “otak” dari alat ini akan mampu mendeteksi kelainan organ ginjal.

Baca Juga: Donald Trump Akan Terapkan Tekanan Ekonomi Maksimum ke Iran Agar Rundingkan Kesepakatan Nuklir Baru

Dari hasil deteksi ini, selanjutnya digunakan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat kelainan yang dialami agar mudah melakukan perawatan selanjutnya sehingga gagal ginjal dapat dihindari.

Selain itu, dengan mayoritas komponen yang berasal dari dalam negeri, serta dengan perakitan yang dilakukan secara mandiri oleh putra-putri Indonesia tentu merupakan suatu hal yang membanggakan. Inovasi ini pada akhirnya akan memberikan manfaat besar kepada masyarakat melalui biaya yang lebih terjangkau dibandingkan dengan perangkat kedokteran lain dengan fungsi yang sama.

Apa yang sudah dicapai Joko Sumanto dan periset lainnya, selaras dengan harapan yang pernah disampaikan Prof. Dr. drh. Ni Luh Putu Indi Dharmayanti, M.Si, selaku Kepala Organisasi Riset Kesehatan BRIN, yang menekankan pentingnya menyiapkan fondasi menuju Indonesia Emas 2045 melalui peningkatan riset dan inovasi sektor kesehatan, termasuk yang berbasis teknologi nuklir.

Baca Juga: Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un Serukan Peningkatan Kekuatan Nuklir Tanpa Batas

Prof Indi merasa optimistis, melalui riset dan inovasi, Indonesia dapat membangun sistem kesehatan yang lebih tangguh dan kompetitif, serta mencapai kemandirian di sektor kesehatan dan farmasi.

Halaman:

Berita Terkait