DECEMBER 9, 2022
Puisi

Puisi Esai Denny JA: Puisi yang Tak Bisa Dibungkam

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Di ruang bawah tanah yang pengap, seorang profesor berlutut, tangannya gemetar mencatat ulang sejarah. 

Di sudut, seorang pelukis termangu, kuasnya tak lagi bebas melukis pegunungan. 

Kini, hanya satu wajah yang boleh dilukis: Mao Zedong.

Seorang perwira muda membuka gulungan kertas. Ia membaca puisi Liang Wen dengan nada mengejek:

“Tirai merah menutupi langit. Di bawahnya tanah basah oleh air mata.”

Tamparan pertama membuat bibir Liang Wen berdarah. 
Tamparan kedua membuat dunia berputar.

Di pagi yang dingin, ribuan orang berkumpul. Di panggung kayu, seorang guru tua berdiri. 

Jubahnya lusuh, wajahnya penuh luka. Tentara Merah berteriak: 

“Akui kesalahanmu!”

Ia diam. Lalu dipukul. Lalu dipukul lagi. Hingga tubuhnya jatuh, menjadi daun terakhir di musim gugur.

Halaman:

Berita Terkait