Puisi
Puisi Esai Denny JA: Puisi yang Tak Bisa Dibungkam
- Penulis : Krista Riyanto
- Minggu, 23 Februari 2025 08:01 WIB

(OrbitIndonesia/kiriman)
Puisi-puisi Dinasti Tang dan Song menjadi api yang tak menyisakan kenangan.
Namun di rumah teh yang sepi, seorang penyair, Liang Wen menulis.
Tentang sungai yang tetap mengalir, meski batu dilemparkan ke dalamnya.
Tentang burung yang tetap terbang, meski sarangnya dihancurkan.
Di sudut kamar kecilnya yang remang, Liang Wen termenung,
Jari-jarinya yang gemetar menyentuh kertas usang.
Ia teringat ibunya, yang memberi warisan kesadaran:
‘Anakku, kata-kata adalah nyawa. Jangann biarkan mereka mati.’
Namun kini, setiap huruf yang ia tulis adalah luka.
Setiap puisi adalah tangis yang tak terdengar.”
Malam itu, seorang lelaki tua berbisik: “Jangan percaya siapa pun.”
Tiga hari kemudian, pintunya digedor.
-000-