DECEMBER 9, 2022
Kolom

Perjuangan Sobat Togap Marpaung dan Korupsi yang Sudah Membudaya

image
Satrio Arismunandar (Foto: koleksi pribadi)

Jujur saja, pernahkan Anda memberikan “uang kebijaksanaan” pada polisi ketika Anda tertangkap melanggar aturan lalu lintas? Mungkin Anda cuma memberi Rp50 ribu atau Rp100 ribu, jumlah uang yang kecil, tetapi itu juga sebuah bentuk suap. Polisi itu telah korupsi dan kita “berpartisipasi” di dalamnya.

Korupsi semacam itu memiliki “pembenaran rasional.” Jika kita mengurus denda untuk menebus SIM di pengadilan, mungkin akan keluar uang lebih banyak.

Belum lagi menghitung kerugian waktu dan energi, karena kita masih punya banyak pekerjaan di kantor, yang akan jadi terganggu akibat urusan remeh temeh SIM itu. Tetapi suka atau tidak, tetap saja kita telah berpartisipasi dalam korupsi.

Baca Juga: Kejaksaan Tinggi Sumatra Barat Selesaikan Berkas Tersangka Korupsi Jalan Tol Padang-Pekanbaru

Dari sini saja kita melihat, untuk memberantas korupsi secara tuntas itu sebuah pekerjaan besar, sangat besar. Sebelum berjuang melawan korupsi, kita sendiri harus memiliki pemahaman yang benar tentang perilaku korupsi dan memiliki sikap mental yang gigih.

Dalam konteks inilah saya mengagumi sobat saya di UI, Togap Marpaung, yang selama bertahun-tahun berjuang melawan korupsi di lembaga tempat dia bekerja sebagai ahli tenaga nuklir. Dia sudah menulis sejumlah buku yang menjadi catatan perjuangannya itu.

Dalam perjuangan antikorupsi yang panjang itu, Togap telah banyak berkorban. Karir kepegawaiannya rusak. Tindakannya menggugat korupsi di lembaga pastinya mengusik sejumlah pejabat yang terlibat, yang lalu membalas dengan “menghukum” Togap. Gajinya sekian tahun tertahan.

Baca Juga: Romli Atmasasmita, Perumus UU Tipikor dan KPK Dorong Transparansi Penggunaan Dana Hasil Sitaan Korupsi

Hal-hal semacam itu pasti juga berdampak pada hal-hal lain, terutama yang menyangkut urusan keluarga, yang tidak perlu saya uraikan panjang lebar di sini. Ini sudah pasti berat bagi Togap dan keluarga.

Juga ada satu hal yang jarang orang menyadari, tetapi saya tahu karena pernah mengalaminya. Togap harus mengalami “kesepian” dalam perjuangan. Ketika Togap melakukan aksi demo seorang diri, tanpa kehadiran banyak teman, tanpa sorotan media yang meluas, itu adalah juga “perjuangan melawan sepi.”

Ini juga tantangan mental lain yang harus dihadapi pejuang-pejuang idealis seperti Togap. Dibutuhkan keteguhan hati, kesabaran, kegigihan, keberanian, untuk berjuang seperti Togap. Dan yang juga patut digarisbawahi: kesediaan untuk berkorban.

Baca Juga: KPK Tangkap Buronan Tersangka Korupsi KTP Elektronik Paulus Tannos di Singapura

Sambutan ini saya tulis sebagai dukungan moral buat sahabat saya, Togap Marpaung. Sebagai sahabat, saya mendoakan agar Togap berhasil memenangkan kasusnya. Tetapi jangan lupa, keberhasilan bukan cuma diukur dari sukses pribadi jangka pendek. Ada hitungan jangka panjang.

Halaman:

Berita Terkait