Catatan Denny JA: Kejayaan yang Dikalahkan Oleh Teknologi
- Penulis : Krista Riyanto
- Kamis, 13 Februari 2025 07:54 WIB
![image](https://img.orbitindonesia.com/2025/02/13/20250213080051acb0c82e-0ec0-4388-ad7f-07d4298f78dd.jpeg)
Saya ikut bertepuk tangan, berdiri, sambil berharap. Semoga Indonesia juga memgambil inisiatif menghadirkan pertunjukan teater kelas internasional.
Acapkali saya menonton musical theater di West End, London, dan Broadway, New York City. Pertunjukan teater di Singapura ini tidak kalah jauh.
Sunset Boulevard lahir dari layar ke panggung dengan takdir yang sama: kejayaan dan kehancuran.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Merekam Sejarah Melalui Puisi Esai
Tahun 1950, Film Sunset Boulevard disutradarai oleh Billy Wilder, menjadi salah satu film noir terbesar sepanjang masa.
Lalu Andrew Lloyd Webber, maestro musikal, di tahun 1993, menghidupkan kisah ini dalam bentuk teater di Adelphi Theatre, London, dengan Patti LuPone sebagai Norma Desmond.
Tahun 1994, Broadway pun jatuh cinta. Glenn Close tampil fenomenal di Minskoff Theatre, New York, memenangkan Tony Award.
Baca Juga: Orasi Denny JA: Berderma di Usia Dini dengan Menulis
Di Asia, tahun 2008, Jepang mempersembahkan adaptasi pertamanya, membawa Sunset Boulevard ke audiens Asia.
Kini, tahun 2025 – Sarah Brightman, diva dunia, membawa Norma Desmond ke Singapura, dalam pertunjukan Asia Premiere yang sangat dinanti.
Di balik kisah ini ada dua nama besar: Andrew Lloyd Webber. Ia arsitek musik yang telah membangun dunia melalui nada, dari The Phantom of the Opera hingga Evita.
Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Malam Natal di Perang Dunia Pertama
Juga berperan Don Black & Christopher Hampton, pencerita yang menjahit puisi ke dalam lirik, membuat setiap kata menjadi gema dalam kesadaran.