DECEMBER 9, 2022
Kolom

Chairil Anwar, Diponegoro, dan Denny JA

image
Ilustrasi - Kepahlawanan.

Oleh Mahwi Air Tawar*

ORBITINDONESIA.COM - Denny JA tampil mengisi satu kekosongan dalam puisi Indonesia hari ini. Dalam beberapa bulan terakhir, Denny JA menulis beberapa puisi bertema pahlawan. Sebuah tema yang sangat penting namun terabaikan dalam belantika puisi Indonesia modern.

Tidak banyak penyair Indonesia yang menulis puisi bertema pahlawan. Kalau pun ada, jelas jauh di bawah jumlah pahlawan yang gugur melawan para penjajah.

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Dan 2000 Janda Pun Menerjang

Dari sedikit penyair yang menulis tentang pahlawan adalah Chairil Anwar, Toto Sudarto Bachtiar, D. Zawawi Imron, dan Sides Sudyarto DS. 

Chairil Anwar menulis puisi berjudul “Diponegoro”. Puisi ini tidak hanya menggambarkan tokoh pahlawan besar dalam sejarah Indonesia itu, tetapi juga mengekspresikan semangat perjuangan dan nasionalisme yang tak kenal lelah. Khususnya menyambut hari kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan Hari Pahlawan 10 November, puisi Chairil tidak hanya dibacakan oleh penyair kondang, tapi juga para siswa dan mahasiswa. Hampir di setiap lomba baca puisi, puisi Pelopor Angkatan 45 itu dijadikan bacaan wajib peserta lomba.

Toto Sudarto Bachtiar menulis puisi “Pahlawan Tak Dikenal”. Puisi tersebut mengekspresikan suatu penghormatan kepada sosok-sosok pahlawan yang tidak memperoleh pengakuan atau penghargaan atas perjuangan mereka. Puisi itu mengajak pembaca untuk merenungkan arti kepahlawanan tidak melulu melalui penghargaan atau pengakuan publik atas jasa para pahlawaan, tetapi juga dari pengorbanan dan dedikasi mereka yang tulus.

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Surat yang Tak Pernah Dikirim RA Kartini

Puisi Kepada Pattimura karya D. Zawawi Imron mengungkapkan penghormatan mendalam terhadap Thomas Matulessy (Pattimura), pahlawan nasional Indonesia.

Dengan bahasa yang kuat dan penuh simbolisme, puisi ini menggambarkan semangat dan pengorbanan Pattimura dalam perlawanan melawan penjajahan Belanda.

Melihat sedikitnya penyair Indonesia yang menulis puisi tentang pahlawan, dapat dikatakan ada kekosongan dalam puisi Indonesia. Penyair-penyair sekarang tidak tertarik atau tidak terdorong untuk menulis puisi tentang pahlawan. Puisi Indonesia sepi dari isu para pahlawan, tema yang tentu saja sangat penting.

Baca Juga: Perbandingan Pengaruh Denny JA, Chairil Anwar, dan Sapardi Djoko Damono di Mata Empat Aplikasi AI

Sekali lagi, Denny JA tampil mengisi kekosongan itu. Dalam belantika puisi Indonseia, Denny JA dikenal sebagai penggagas puisi esai.

Dia tidak hanya dikenal sebagai orang berpengaruh dengan pemikiran-pemikirannya di bidang sosial dan politik, tapi juga di bidang sastra. Dia bahkan dicalonkan sebagai penerima Hadiah Nobel di bidang sastra dari Asia.

Semua pencapaian itu hampir mustahil didapatkan bila dia tak melakukan pembaruan dan terobosan, tidak terkecuali di bidang sastra. Sebagai penggagas puisi esai, dia mampu membawa puisi keluar dari bentuk konvensional puisi Indonesia modern. Ia membawa sastra memasuki ruang-ruang yang tidak mungkin.

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Tapi Kecerdasan Kami Tergolong Rendah, Pak Guru

Di tangan Denny JA, apa yang tidak mungkin jadi mungkin. Dia adalah magnet yang mampu menarik orang yang merasa tidak mungkin menulis puisi jadi mungkin, orang yang merasa tidak mampu menulis puisi jadi mampu, orang yang takut menulis puisi jadi berani. 

Dalam beberapa puisi esai terbarunya, secara mengejutkan Denny JA mengangkat tema penting yang selama ini terabaikan dalam puisi Indonesia, yaitu tentang pahlawan. Sekali lagi, tidak banyak penyair yang menulis puisi bertema pahlawan.

Maka, sejauh ini tidak banyak pahlawan kita yang ditulis dalam puisi Indonesia. Hanya Diponegoro dan Kepada Pattimora yang ditulis dalam puisi. Diponegoro dalam puisi Chairil Anwar, Kepada Pattimura dalam puisi D. Zawawi Imron, dan Teuku Umar dalam puisi Sides Sudyarto DS.

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Tokoh Revolusioner yang Hidup Sendiri

Dengan tampilnya Denny JA mengisi kekosongan dalam puisi Indonesia, kini banyak tokoh pahlawan muncul dalam puisi kita: HOS Cokroaminoto, Tan Malaka, Dokter Sutomo, Darta, dll. Denny JA menulis beberapa puisi esai tentang para pahlawan itu. Kalau Chairil Anwar dan D. Zawawi Imron hanya menulis tentang seorang pahlawan, Denny JA menulis tentang banyak pahlawan. Dalam arti itu, Denny JA melebihi Chairil Anwar, D. Zawawi Imron, dan Sides Sudyarto DS.

Sebagai salah seorang sastrawan Indonesia kontemporer, Denny JA mengambil langkah yang cukup unik. Dia menulis puisi yang secara khusus mengangkat para tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia atau tokoh-tokoh yang memainkan peran penting dalam perjuangan kemerdekaan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Denny JA menampilkan tokoh-tokoh itu dengan cara yang modern dan relevan dengan kondisi sosial-politik masa kini.

Dalam beberapa puisi esainya, Denny JA tidak hanya mengangkat pahlawan-pahlawan terkenal seperti HOS Tjokroaminoto dan Dokter Soetomo, tetapi juga mereka yang seakan terlupakan dalam sejarah.

Beberapa puisi esai itu jadi semacam Puisi Esai Seri Pahlawan Denny JA. Puisi Esai Seri Pahlawan memberikan penghormatan bagi mereka yang telah berjuang tanpa pamrih. Dalam cara yang unik dan cerdas, Denny JA menghidupkan kembali semangat perjuangan, menempatkan para pahlawan dalam konteks yang lebih dekat dengan kehidupan kita sehari-hari, sekaligus memberikan relevansi perjuangan mereka dalam konteks modern.

Membaca puisi esai seri pahlawan Denny JA, kita tidak hanya diajak membaca kembali peran para tokoh pendiri dan pejuang bangsa. Kita juga diajak untuk mengenal lebih banyak pahlawan kita, yang berjuang dengan cara mereka masing-masing. Lebih dari itu, kita juga diajak untuk menggali inspirasi dari perjuangan mereka untuk masa kini dan masa depan kita.

Kita diajak untuk merenungkan semangat kepahlawanan itu sendiri —apakah itu tentang keberanian melawan segala bentuk penindasan, atau tentang keteguhan dalam mempertahankan kebenaran dan keadilan.

Puisi esai seri pahlawan Denny JA mengajak kita mengenal lebih banyak pahlawan kita, terutama melalui catatan kaki. Puisi esai dilengkapi dengan catatan kaki, yang memberikan informasi faktual tentang sang pahlawan. Biografi dan perjuangan historis sang pahlawan dapat dibaca dalam catatan kaki.

Maka, semakin baik informasi faktual sang pahlawan, semakin berhasil puisi esai mengajak pembaca mengenal pahlawan. Dan tepat di situlah terletak tantangan puisi esai seri pahlawan.

Denny JA berhasil menyuguguhkan mereka dengan narasi epik yang menarik. Puisi esai seri pahlawan ini adalah puisi epik. Ini juga satu aspek yang menarik. Puisi esai adalah puisi naratif. Meskipun puisi naratif bukan hal baru dalam puisi Indonesia, namun dapat dikatakan tidak ada puisi epik dalam puisi Indonesia, yakni puisi yang menceritakan kepahlawanan seorang pahlawan.

Dengan demikian, puisi Indonesia mutakhir bukan hanya kosong dari kepahlawanan sebagai tema, tapi juga kosong dari kepahlawanan sebagai bentuk. Maka, Puisi esai seri pahlawan Denny JA mengisi dua kekosongan sekaligus, yaitu kekosongan tema dan bentuk.

Puisi esai seri pahlawan Denny JA adalah gagasan besar bagi bangsa. Karenanya, seharusnya ia menjadi sebuah gerakan yang akan terus hidup dan menyala sepanjang napas kehidupan Indonesia dari masa ke masa. ***

*Mahwi Air Tawar ialah penulis puisi esai tentang jejak dan karya lima sastrawan Indonesia. Llima puisi esai tersebut terhimpun dalam buku “Lima Sastrawan Kelana ke Lubuk Jiwa” (2018). Mahwi juga menjadi anggota editor Angkatan Puisi Esai 2021-2024.

Halaman:

Berita Terkait