Menavigasi Dampak Deflasi dan Membangun Solusi
- Penulis : Abriyanto
- Rabu, 05 Februari 2025 08:30 WIB
Meskipun target penerimaan pajak masih tercapai dengan angka lebih dari 100 persen, pertumbuhan penerimaan pajak yang hanya 3,5 persen menunjukkan bahwa basis pajak mulai menyusut. Jika kondisi ini terus berlanjut, pemerintah menghadapi dilema dalam menjaga keseimbangan fiskal tanpa membebani masyarakat yang sudah tertekan secara ekonomi.
Langkah strategis
Mengatasi deflasi dan pemulihan daya beli bukan sekadar urusan angka dalam laporan statistik. Ini adalah persoalan nyata yang membutuhkan langkah konkret dan strategis. Beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk membalikkan tren ini meliputi upaya meningkatkan lapangan kerja berkualitas.
Baca Juga: Dihantam Inflasi Gila gilaan, Ekonomi Eropa Kolaps, Menjadi Miskin, Tidak Sombong Lagi
Menurut Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik UPNVJ Achmad Nur Hidayat, salah satu penyebab utama melemahnya daya beli adalah berkurangnya pendapatan akibat PHK atau ketidakpastian di sektor pekerjaan.
Maka ia menyarankan agar Pemerintah memberikan insentif bagi industri padat karya dan mendorong pertumbuhan sektor manufaktur serta industri kreatif. Insentif pajak untuk perusahaan yang membuka lapangan kerja baru inilah yang diharapkan bisa menjadi solusi, sekaligus memastikan bahwa mereka yang kehilangan pekerjaan dapat kembali bekerja dengan pendapatan yang layak.
Program bantuan sosial juga perlu lebih fleksibel, tidak hanya bagi kelompok miskin tetapi bagi mereka yang rentan turun kelas. Bantuan langsung tunai (BLT) yang berbasis data akurat bisa menjadi solusi sementara untuk mencegah penurunan konsumsi yang lebih tajam.
Baca Juga: Penerapan Zero ODOL Picu Kenaikan Inflasi Tahun 2023 Ini
Di sisi lain, subsidi energi dan pangan harus dioptimalkan agar masyarakat tetap memiliki daya beli terhadap kebutuhan dasar.
Kemudian, investasi pun harus menjadi prioritas utama dalam pemulihan ekonomi. Penyederhanaan regulasi dan insentif bagi investor, baik domestik maupun asing, dapat menarik modal masuk ke sektor riil.
UKM, sebagai tulang punggung ekonomi nasional, perlu didukung dengan kemudahan akses pembiayaan, pelatihan digitalisasi, serta insentif pajak bagi yang mampu meningkatkan produksi dan ekspor.
Baca Juga: Kabar Baik Ekonomi RI: Defisit APBN Berkurang, Inflasi Rendah
Sementara kebijakan moneter yang lebih adaptif akan menjadi faktor pendukung lain yang kuat. Dalam hal ini Bank Indonesia perlu menjaga keseimbangan antara stabilitas nilai tukar, suku bunga, dan likuiditas pasar.