Airlangga Hartarto: Pemerintah Optimalkan Hari Belanja Online Nasional untuk Pacu Daya Beli Masyarakat
- Penulis : Mila Karmila
- Sabtu, 07 Desember 2024 03:30 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan, pemerintah mengoptimalkan Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) untuk memacu daya beli masyarakat.
“Hari ini akan diluncurkan Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) dan kita juga akan dorong hari belanja secara offline itu antara 26 Desember 2024 sampai 11 Januari 2025, dan untuk Harbolnas tahun lalu bisa dicapai sekitar Rp35 triliun," lanjut Airlangga Hartarto.
"Kita berharap angka ini juga bisa dicapai di tahun ini, sehingga tentunya ini bisa mendorong daya beli masyarakat,” ujar Airlangga Hartarto ketika memberikan paparan dalam Rakernas BCA 2025 yang bertema “OneBCA Tomorrow Never Dies”, di Jakarta, Jumat, 6 Desember 2024.
Airlangga memaparkan, saat ini dunia masih menghadapi sejumlah tantangan perekonomian.
Menurutnya lagi, pertumbuhan global diproyeksikan tumbuh 3,2 persen pada 2024 dan 2025, masih belum kembali seperti sebelum pandemi. Di tengah ketidakpastian tersebut, ekonomi Indonesia masih solid tercermin dari pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) di triwulan III-2024 sebesar 4,95 persen (year on year/yoy) atau 5,03 persen (cumulative-to-cumulative/ctc).
Menurut Airlangga pula, inflasi tetap terkendali di rentang target sasaran. Pada November 2024, inflasi berada di level 1,55 persen (yoy), terjaga di kisaran 2,5±1 persen. Pemerintah melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) dan daerah (TPID) akan terus menjaga stabilitas dan keterjangkauan harga, khususnya menghadapi libur natal dan tahun baru dalam waktu dekat ini.
Selanjutnya, Airlangga menyampaikan indikator sektor riil menunjukkan ketahanan ekonomi tercermin pada Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang masih terus optimis yakni lebih dari 100, dan Indeks Penjualan Riil (IPR) yang tumbuh positif.
Sektor perbankan Indonesia juga menunjukkan kinerja yang sehat dengan risiko kredit yang cenderung menurun (NPL gross) 2,21 persen, tingkat permodalan cukup solid (CAR) 26,78 persen, solvabilitas korporasi terjaga (ICR) di kisaran 40 persen, serta likuiditas dalam negeri juga masih terjaga.
Dengan berbagai capaian baik itu, investor masih melihat Indonesia sebagai negara atraktif, sehingga predikat layak investasi dari berbagai lembaga rating juga masih dapat dipertahankan.
“Bahkan, beberapa hari lalu, delegasi Amerika Serikat (AS) membawa 50 perusahaan besarnya dalam US-ASEAN Business Council. Kemudian, dalam pertemuan dengan Menteri Usaha Kecil, Promosi Ekspor, dan Perdagangan Internasional Kanada Mary Ng, Indonesia menandatangani Comprehensive Economic Partnership secara substansial dengan Kanada dan ini untuk pertama kalinya Indonesia punya perjanjian dagang dengan Amerika Utara,” kata Airlangga pula.