DECEMBER 9, 2022
Humaniora

Menyibak Dua Sisi Wajah Museum Wayang di Kawasan Kota Tua Jakarta

image
Pengunjung menatap salah satu koleksi Museum Wayang. Museum Wayang kini memiliki wajah baru dengan tata pamer modern serta pengalaman imersif yang menggabungkan koleksi museum, elemen interaktif dan teknologi. ANTARA FOTO/Muhammad Ramdan

Pada ruang imersif 360, pengunjung dibawa menyelami pengalaman seakan berada di dalam pagelaran wayang. Dinding dan lantai pada ruang itu diproyeksikan bergerak dilengkapi tata suara, mengikuti cerita wayang yang ditayangkan di sana, yakni saat Pandawa diusir dari Kerajaan Hastinapura.

Sementara pada area super hologram, pengunjung diajak menyaksikan film tentang negeri di awan.

Kegiatan pemanfaatan teknologi informasi untuk pengembangan museum menjadi salah satu kegiatan unggulan Dinas Kebudayaan pada tahun anggaran 2024. Kegiatan ini diharapkan mampu menjawab tantangan kota global dengan mendekatkan museum dengan teknologi, seperti dikatakan Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Mochamad Miftahulloh Tamary.

Baca Juga: Kisah Ratusan Pejuang Kemerdekaan Bertahan Hidup di Boven Digoel dalam Pertunjukan Wayang Kertas

Setidaknya perlu waktu sekitar satu tahun untuk mewujudkan tampilan wajah baru Museum Wayang. Dinas Kebudayaan DKI melibatkan para pakar termasuk ahli sejarah, wayang, dan tim cagar budaya.

Adapun pendekatan teknologi juga diharapkan mampu membawa lebih banyak pengunjung muda yang menjadi ujung tombak pelestarian budaya bangsa dan hal ini diamini Kepala Unit Pengelola Museum Seni Dinas Kebudayaan DKI Jakarta Sri Kusumawati.

Sebagian besar pengunjung Museum Wayang yakni anak-anak serta pelajar, sementara sisanya pengunjung umum. Merujuk data kunjungan museum dari Dinas Kebudayaan DKI Jakarta tahun 2024, jumlah pengunjung Museum Wayang mencapai 95.244 orang. Sementara tahun 2023 sebanyak 154.902 orang.

Baca Juga: Panglima TNI Yudo Margono: Perang Israel-Palestina Ibarat dalam Pewayangan Jawa Sudah Ampyak Awur-Awur

Kemudian seiring dengan upaya menyongsong Jakarta akan menjadi kota global, narasi pada koleksi museum pun ditampilkan dalam dua bahasa yakni Indonesia dan Inggris.

Pada akhirnya, selain menjadi magnet bagi pengunjung muda, wajah baru Museum Wayang juga diharapkan dapat membantu memelihara bangunan bersejarah tersebut.

Harapannya bahkan seluruh bangunan-bangunan bersejarah di DKI Jakarta bisa lebih terpelihara, pun dengan koleksi-koleksi yang dimiliki sehingga bisa disajikan dengan baik kepada masyarakat, demikian kata Sri.

Baca Juga: Semiotika dan Hermeunetika Patung Wayang Roboh di Depan Balaikota Surakarta.

Lalu, setelah Museum Wayang, masyarakat tentu menantikan museum apalagi yang siap hadir dengan wajah baru.

Halaman:

Berita Terkait