Menyibak Dua Sisi Wajah Museum Wayang di Kawasan Kota Tua Jakarta
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Sabtu, 01 Februari 2025 08:15 WIB
![image](https://img.orbitindonesia.com/2025/02/01/202502010737131000115936.jpg)
Melangkah lebih jauh dari area wayang kayu, hamparan taman tersaji, dulunya diketahui sebagai lokasi makam Gubernur Jenderal Hindia Belanda Jan Pieterszoon (J.P Coen). Informasi terkait sejarah bangunan hingga makam pun disajikan bagi penggemar ilmu sejarah.
Sorotan museum
Ratusan koleksi wayang yang dipamerkan baik itu wayang kulit, wayang golek hingga wayang kayu punya cerita dan nilai sejarahnya tersendiri. Tak ada penambahan untuk koleksi yang ditampilkan, namun akan ada rotasi yang idealnya dilakukan setiap tiga bulan.
Baca Juga: Kisah Ratusan Pejuang Kemerdekaan Bertahan Hidup di Boven Digoel dalam Pertunjukan Wayang Kertas
Di antara koleksi ini, wayang kulit Betawi salah satunya. Pengunjung diajak mengenal lebih dekat dengan cerita khas Jakarta yang diangkat dalam seni wayang, dengan tokoh-tokoh yang mewakili kehidupan masyarakat Betawi seperti Si Pitung.
Selain itu ada juga Wayang Khlitik yang terbuat dari kayu tipis. Nama "Khlitik" diambil dari suara khlitik-khlitik yang ditimbulkan saat wayang dimainkan.
Koleksi lainnya yakni wayang mancanegara yang dipresentasikan dengan sentuhan budaya lokal. Pengunjung diajak menyaksikan bagaimana wayang nusantara menjadi sumber inspirasi bagi perkembangan seni wayang di berbagai belahan dunia.
Setelahnya, pengunjung bisa beralih pada ruang interaktif imersif di yang berada di gedung baru museum. Satu pembeda yang kentara yakni fasilitas ramah disabilitas berupa tangga dengan bidang lebar dan kemiringan tertentu (ramp).
Fasilitas tersebut diperuntukkan bagi pengunjung disabilitas fisik yang menggunakan kursi roda untuk menuju ke lantai dua museum, yakni ruang imersif berada.
Ruang interaktif imersif menggabungkan koleksi museum, elemen interaktif, dan teknologi. Ruang imersif ini dilengkapi area super hologram, ruang Imersif 360, dan permainan interaktif.
Baca Juga: Semiotika dan Hermeunetika Patung Wayang Roboh di Depan Balaikota Surakarta.
Ini menjadi cara menikmati wayang dengan baru dan menanggalkan kesan kuno, kata pemandu sekaligus Staf Operator Imersif Museum Wayang Bayu Nuradiyo.