Puisi Esai Denny JA: Derita Saijah dan Adinda untuk Indonesia Merdeka
- Kamis, 30 Januari 2025 09:13 WIB
Ratu berucap,
"Utang budi!"
Janji terukir, di tanah pertiwi:
membangun irigasi, sekolah, dan jalan.
Dari sana lahir Bung Karno,
yang membawa semangat dari buku ke medan juang.
Ada Hatta, dengan pena diplomasi yang tajam.
Ada Sjahrir, dengan pikiran yang melawan gelap.
Dari losmen sunyi, di Belgia,
lahir sungai kata,
mengairi jiwa para pejuang.
Lahir anak-anak yang bertanya,
“Mengapa tanah kami bukan milik kami?”
-000-
Namun Multatuli?
Ia mati dalam kesepian,
di Jerman, pada 1887,
dengan hutang, depresi, dan dunia yang berpaling.
“Dari batinnya lahir api yang membakar tirani,
tapi di ujung senja, ia sendiri terbakar sepi.
Multatuli mati tanpa tepuk tangan,
sementara karyanya terus mengguncang zaman.”
Di Indonesia,
namanya menjadi monumen.