Budhy Munawar-Rachman tentang Buku Daniel Goleman: Emosi adalah Inti Pengalaman Manusia
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Rabu, 29 Januari 2025 13:03 WIB
Insight Baru EQ
Daniel Goleman dalam The Brain and Emotional Intelligence: New Insights (2011), menggali lebih jauh ke dalam temuan-temuan baru yang telah memperluas pemahaman kita tentang kecerdasan emosional (EI) sejak konsep ini pertama kali diperkenalkan, seperti dijelaskan di atas. EQ, yang merupakan kemampuan untuk mengenali, memahami, dan mengatur emosi baik pada diri sendiri maupun orang lain, telah terbukti menjadi elemen penting dalam kepemimpinan, hubungan interpersonal, dan kesejahteraan individu.
Gokeman memulai dengan mengulas pertanyaan mendasar, yaitu apakah kecerdasan emosional benar-benar merupakan entitas yang terpisah dari IQ. Studi-studi neurologi menunjukkan bahwa EI beroperasi melalui area otak yang berbeda dari IQ, termasuk amigdala dan korteks prefrontal.
Baca Juga: Kena Roasting Igun Soal Suaranya, Keisya Levronka Sakit Hati, Tumpahkan Perasaan di Twitter
Contohnya, amigdala berfungsi sebagai pusat radar emosional, sementara korteks prefrontal membantu dalam pengaturan impuls dan pengambilan keputusan yang lebih rasional. Studi ini memperkuat pandangan bahwa EI adalah seperangkat kemampuan unik yang melibatkan sirkuit otak tertentu.
Lebih lanjut, Goleman mengidentifikasi empat domain utama EI: kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, dan manajemen hubungan. Kesadaran diri melibatkan kemampuan untuk mengenali emosi diri sendiri dan memahami dampaknya. Ini adalah fondasi dari kecerdasan emosional, dan area seperti amigdala serta korteks somatosensori memainkan peran kunci dalam mengolah emosi pribadi. Dengan kesadaran diri yang kuat, seseorang dapat membuat keputusan yang lebih baik karena mereka mampu mengevaluasi perasaan mereka secara rasional.
Pengelolaan diri adalah kemampuan untuk mengontrol impuls dan emosi negatif, yang sangat penting untuk mencapai kinerja optimal. Goleman menjelaskan fenomena “amygdala hijack,” yaitu ketika amigdala mengambil alih fungsi otak rasional, menyebabkan respons emosional yang berlebihan. Namun, melalui latihan seperti mindfulness dan meditasi, seseorang dapat memperkuat sirkuit otak yang membantu mengelola stres dan emosi, mengurangi dampak negatif dari hijack ini.
Baca Juga: Inilah Ciri-Ciri Perasaan Fear of Abandonment yang Mungkin Tidak Anda Sadari
Kesadaran sosial adalah kemampuan untuk memahami dan merespons emosi orang lain, termasuk empati. Temuan tentang neuron cermin, yang memungkinkan kita untuk “mencerminkan” emosi orang lain, menyoroti bagaimana otak sosial kita dirancang untuk koneksi interpersonal. Misalnya, ketika seseorang berbicara dengan nada positif, emosi tersebut dapat menular ke orang lain, membangun hubungan yang lebih harmonis. Sebaliknya, nada negatif dapat menciptakan ketegangan.
Manajemen hubungan mencakup keterampilan interpersonal yang lebih kompleks, seperti menginspirasi orang lain, menyelesaikan konflik, dan membangun kolaborasi. Goleman menunjukkan bahwa pemimpin yang efektif adalah mereka yang mampu memanfaatkan EI untuk memengaruhi emosi tim mereka, menciptakan suasana kerja yang positif dan produktif.
Salah satu wawasan penting dalam buku ini adalah hubungan antara EI dan kinerja optimal. Goleman menguraikan hukum Yerkes-Dodson, yang menunjukkan bahwa ada tingkat stres optimal di mana seseorang dapat mencapai kinerja terbaik. Ketika seseorang terlalu santai, mereka mungkin kehilangan motivasi, tetapi ketika stres terlalu tinggi, hal ini dapat menyebabkan kelelahan atau "frazzle." Zona optimal, yang disebut sebagai “flow,” adalah keadaan di mana seseorang sepenuhnya terfokus dan menikmati tugas mereka. Untuk mencapai flow, seseorang membutuhkan keseimbangan antara tantangan tugas dan kemampuan mereka.
Kreativitas juga menjadi topik yang dibahas secara mendalam. Goleman menjelaskan bahwa otak kreatif melibatkan koneksi yang luas antara berbagai bagian otak, termasuk hemisfer kanan dan kiri. Selama momen “aha,” aktivitas gamma di otak meningkat, menunjukkan integrasi informasi yang tiba-tiba dan inovatif. Untuk memfasilitasi kreativitas, Goleman merekomendasikan fase relaksasi setelah konsentrasi intens, yang memungkinkan otak untuk membangun koneksi baru secara spontan.