DECEMBER 9, 2022
Buku

Budhy Munawar-Rachman tentang Buku Daniel Goleman: Emosi adalah Inti Pengalaman Manusia

image
Daniel Goleman (Foto: LinkedIn)

Buku Emotional intelligence: Why it can matter more than IQ, karya Daniel Goleman (New York: Bantam Books, 1995).

ORBITINDONESIA.COM - Daniel Goleman dalam bukunya ini, memberi sebuah pandangan yang mendalam tentang peran emosi dalam kehidupan manusia. Dengan pendekatan yang komprehensif, buku ini menjelaskan bagaimana kecerdasan emosional (EI), bukan hanya IQ, menjadi penentu utama keberhasilan seseorang dalam berbagai aspek kehidupan.

Daniel Goleman menggunakan gaya narasi yang menggugah, menghadirkan contoh-contoh konkret dan studi ilmiah untuk membuktikan bahwa emosi adalah inti dari pengalaman manusia.

Baca Juga: Kena Roasting Igun Soal Suaranya, Keisya Levronka Sakit Hati, Tumpahkan Perasaan di Twitter

Sejak awal, hadirnya buku ini, Daniel Goleman mengajak kita untuk melihat kekuatan emosi dalam kehidupan sehari-hari. Ia membuka dengan kisah seorang pengemudi bus di New York yang menyapa penumpangnya dengan ramah di tengah suasana yang muram.

Dengan sapaan sederhana, ia berhasil mengubah mood para penumpangnya, menciptakan lingkungan yang lebih positif. Contoh ini menggambarkan betapa kuatnya pengaruh emosi dalam interaksi sosial dan bagaimana emosi bisa menjadi alat untuk menciptakan dampak positif yang meluas.

Dari sini, Goleman membawa kita ke dalam penjelasan ilmiah tentang mekanisme dasar emosi. Ia menjelaskan tentang sistem limbik dalam otak manusia, yang melibatkan amigdala sebagai pusat kontrol emosi. Amigdala bertugas merespons rangsangan emosional dengan cepat, sering kali sebelum neokorteks, bagian otak yang rasional, sempat menganalisis situasi. Proses ini disebut "hijacking emosional" karena emosi mengambil alih kontrol sebelum kita bisa berpikir jernih.

Baca Juga: Inilah Ciri-Ciri Perasaan Fear of Abandonment yang Mungkin Tidak Anda Sadari

Fenomena ini, yang berevolusi untuk melindungi manusia dari bahaya, sering kali menjadi penyebab perilaku impulsif dalam konteks modern yang kompleks. Namun, bukan hanya reaksi impulsif yang menjadi fokus Goleman. Ia juga membahas potensi kecerdasan emosional untuk mengelola respons kita terhadap emosi.

Kecerdasan emosional, menurut Goleman, mencakup lima elemen utama: kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial. Kesadaran diri memungkinkan kita mengenali emosi kita sendiri, sementara pengendalian diri membantu kita mengelola emosi tersebut agar tidak merugikan diri sendiri atau orang lain. Motivasi mendorong kita untuk mencapai tujuan meskipun menghadapi rintangan. Empati memungkinkan kita memahami perasaan orang lain, dan keterampilan sosial memungkinkan kita membangun hubungan yang bermakna dan produktif.

Dalam buku ini, Goleman menggambarkan dampak kecerdasan emosional terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk hubungan interpersonal. Ia memberikan banyak contoh nyata untuk menunjukkan bagaimana pemahaman dan pengelolaan emosi dapat membantu seseorang menghindari konflik, memperkuat hubungan, dan menciptakan kedekatan emosional. 

Baca Juga: Bukan Perasaan, Memang Indonesia Alami Kenaikan Suhu Panas alias Heatwave Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Dalam konteks pernikahan, misalnya, seorang pasangan yang mampu mendengarkan dengan empati dan merespons dengan bijak lebih mungkin menjaga keharmonisan hubungan mereka. Di tempat kerja, kecerdasan emosional menjadi faktor penting yang menentukan kesuksesan. Kemampuan untuk tetap tenang di bawah tekanan, berkomunikasi secara efektif, dan bekerja sama dalam tim adalah atribut yang sangat dihargai di lingkungan kerja modern.

Halaman:

Berita Terkait