DECEMBER 9, 2022
Buku

Budhy Munawar-Rachman tentang Buku Daniel Goleman: Emosi adalah Inti Pengalaman Manusia

image
Daniel Goleman (Foto: LinkedIn)

Selain itu, Goleman menunjukkan hubungan erat antara kecerdasan emosional dan kesehatan. Stres kronis, yang sering kali disebabkan oleh ketidakmampuan mengelola emosi, dapat merusak tubuh, termasuk melemahkan sistem kekebalan, meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, dan mempercepat proses penuaan.

Sebaliknya, orang yang memiliki keseimbangan emosional cenderung lebih sehat secara fisik dan mental, karena mereka dapat menghadapi tantangan hidup dengan cara yang lebih konstruktif. Goleman mengutip berbagai penelitian yang mendukung klaim ini, menunjukkan bahwa emosi memiliki dampak langsung pada tubuh kita.

Namun, kecerdasan emosional bukanlah sesuatu yang hanya relevan bagi orang dewasa. Goleman menekankan pentingnya pengembangan kecerdasan emosional sejak usia dini. Ia mengkritik sistem pendidikan tradisional yang terlalu berfokus pada pengembangan kecerdasan intelektual, sementara aspek emosional sering kali diabaikan.

Baca Juga: Kena Roasting Igun Soal Suaranya, Keisya Levronka Sakit Hati, Tumpahkan Perasaan di Twitter

Ia berpendapat bahwa sekolah harus menjadi tempat di mana anak-anak belajar mengenali dan mengelola emosi mereka, selain menguasai keterampilan akademik. Program pelatihan sosial-emosional, yang telah diterapkan di beberapa sekolah, memberikan hasil yang menjanjikan. Anak-anak yang mengikuti program ini menunjukkan peningkatan dalam kemampuan akademik, empati, pengendalian diri, dan keterampilan menyelesaikan konflik.

Salah satu kekuatan utama buku ini adalah keyakinan Goleman bahwa kecerdasan emosional dapat dipelajari  dan dikembangkan sepanjang hidup. Tidak seperti IQ yang cenderung stabil, kecerdasan emosional adalah keterampilan dinamis yang bisa ditingkatkan melalui refleksi, latihan, dan pengalaman. Goleman memberikan berbagai strategi praktis untuk meningkatkan kecerdasan emosional, mulai dari cara menghadapi stres hingga cara meningkatkan empati terhadap orang lain.

Misalnya, ia menyarankan agar kita melatih kesadaran diri dengan mengenali emosi yang muncul dalam situasi tertentu dan merenungkan bagaimana emosi tersebut memengaruhi perilaku kita.

Baca Juga: Inilah Ciri-Ciri Perasaan Fear of Abandonment yang Mungkin Tidak Anda Sadari

Namun, buku ini juga menghadapi kritik. Salah satu kritik utama adalah bahwa Goleman terkadang terlalu optimis dalam menghubungkan kecerdasan emosional dengan berbagai aspek kesuksesan hidup. Meskipun banyak penelitian mendukung pentingnya kecerdasan emosional, beberapa ahli berpendapat bahwa hubungan ini tidak selalu sekuat yang digambarkan Goleman.

Selain itu, konsep kecerdasan emosional itu sendiri masih menjadi perdebatan di kalangan akademisi. Ada yang berargumen bahwa kecerdasan emosional lebih cocok dianggap sebagai kumpulan keterampilan atau sifat kepribadian, bukan sebagai bentuk kecerdasan yang setara dengan IQ.

Namun, meskipun ada kritik, buku ini tetap memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pemahaman kita tentang emosi. Dengan gaya penulisan yang mudah diakses dan penuh dengan contoh-contoh relevan, Goleman berhasil mengkomunikasikan ide-idenya dengan cara yang dapat dipahami oleh pembaca dari berbagai latar belakang. Buku ini tidak hanya memberikan wawasan tentang pentingnya kecerdasan emosional, tetapi juga menawarkan panduan praktis untuk mengembangkannya.

Baca Juga: Bukan Perasaan, Memang Indonesia Alami Kenaikan Suhu Panas alias Heatwave Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Di bagian akhir bukunya, Goleman menggambarkan visi masa depan di mana kecerdasan emosional menjadi bagian integral dari pendidikan dan kehidupan masyarakat. Ia membayangkan dunia di mana empati, pengendalian diri, dan keterampilan sosial diajarkan sejak dini di sekolah, menciptakan generasi yang lebih harmonis dan penuh pengertian.

Halaman:

Berita Terkait