Tak Acuh AS Mundur Diri dari Perjanjian Iklim Paris 2016, China Teruskan Transisi Hijau
- Penulis : Rhesa Ivan
- Jumat, 24 Januari 2025 05:43 WIB
Sejak 2016, dalam kebijakan internasional Nationally Determined Contributions (NDC) yang beberapa kali diperbaharui hingga terakhir pada 28 Oktober 2021, China menargetkan emisi karbon akan terus berkurang sebesar 60-65 persen hingga target pada 2030.
Secara bertahap China akan mengurangi pemakaian batubara mulai 2026 dan pada 2030 bertekad meningkatkan kapasitas listrik bersih dari tenaga surya dan angin menjadi 1,2 miliar kilowatt (kw) dengan target akhir adalah dekarbonisasi pada 2060.
Pada akhir Juli 2024, kapasitas terpasang pembangkit listrik non-fosil di China sudah mencapai lebih dari 1,68 miliar kw atau sekitar 58,2 persen total kapasitas pembangkit listrik di seluruh China.
Kapasitas tersebut terdiri dari pembangkit listrik tenaga angin terpasang mencapai 471 juta KW, pembangkit listrik tenaga surya mencapai 735 juta KW dan sisanya adalah pembangkit listrik tenaga biomassa, nuklir dan lainnya.
Pada akhir Juli 2024, pembangkit listrik energi terbarukan di China juga sudah menghasilkan listrik hingga 2,2 triliun kw/jam yang setara dengan pengurangan emisi karbon dioksida sekitar 2 miliar ton.
Kedua, transisi energi China mendukung pembangunan berkualitas bidang ekonomi dan sosial. Dalam sepuluh tahun terakhir, investasi kumulatif untuk infrastruktur di sektor energi adalah sekitar 39 triliun yuan atau rata-rata hampir 4 triliun yuan per tahun.
Baca Juga: Indonesia Tegaskan Akan Lanjutkan Semua Komitmen untuk Tingkatkan Aksi Iklim
China membentuk rantai industri manufaktur peralatan energi yang lengkap, dan mempercepat inovasi teknologi di bidang energi baru, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), transmisi dan transformasi daya hingga penyimpanan energi baru.
China pun mengklaim pembangkit listrik energi baru yang terpasang di Tiongkok menyumbang sekitar 40 persen dari total kapasitas terpasang di dunia.***