Crustea, Perusahaan Indonesia di Abu Dhabi: Bermula dari Suka Seafood, Bermuara pada Ketahanan Pangan
- Penulis : Abriyanto
- Senin, 20 Januari 2025 11:45 WIB
Tidak terbatas pada kedua inovasi tersebut, Nafi juga mengintegrasikan eco-aerator dan EBII system dengan panel surya. Dengan panel surya, kata dia, petambak bisa menggunakan listrik hanya pada malam hari.
Selain itu, para petambak yang tidak memiliki akses listrik sama sekali, namun memiliki potensi yang tinggi untuk melakukan budi daya, dapat memperoleh listrik dengan panel surya.
Nafi menjelaskan bahwa berbagai inovasi tersebut telah mendatangkan perubahan, seperti meningkatkan kualitas udang menjadi 2 kali lipat lebih baik, dan penurunan biaya operasional listrik para petambak mencapai 80 persen.
Baca Juga: Prabowo Subianto Hadiri Pameran Pertahanan Internasional di Abu Dhabi
Dari petambak yang rata-rata membayar biaya bahan bakar untuk diesel sebesar Rp8 juta per bulan, kini menjadi Rp2 juta per bulan.
Saat ini, Nafi mencatat sekitar 500 petambak yang berasal dari tiga provinsi sudah masuk ke ekosistem Crustea. Provinsi tersebut meliputi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Lampung.
Dalam dua tahun ke depan, ia menargetkan agar petambak yang masuk ke ekosistem perusahaannya mencapai seribu bahkan dua ribu petambak dan melakukan ekspansi minimal ke 10 wilayah baru lagi.
Baca Juga: Profil Lengkap Sheikh Saeed bin Zayed Al Nahyan, Pengeran Abu Dhabi Adik Presiden UEA
Memberi dampak ke lingkungan
Saat ini, Nafi menyampaikan bahwa perusahaannya sedang menjalankan program pemberdayaan perempuan di sektor akuakultur.
Dengan demikian, bagi pasangan para petambak yang sebelumnya tidak bekerja, kini bisa mendapatkan lapangan pekerjaan dan mendatangkan nilai tambah melalui pengolahan hasil tambak.
Nafi juga berharap agar apa yang ia lakukan dapat memberi dampak kepada lingkungan, yakni mengurangi emisi karbon sebanyak-banyaknya. Panel surya yang terpasang di tambak ikan maupun udang bertujuan untuk memangkas emisi yang dihasilkan oleh bahan bakar diesel.