DECEMBER 9, 2022
Internasional

Di Tengah Ketegangan Hubungan, Taiwan Cari Kemudahan Pertukaran Pariwisata dengan China

image
Pemimpin Taiwan, William Lai Ching-te (Foto: MINT)

ORBITINDONESIA.COM - Kedua pihak di Selat Taiwan menyerukan peningkatan pertukaran pariwisata di tengah ketegangan antara Beijing dan Taipei.

Seorang pejabat senior China pada Kamis, 2 Januari 2025 mengatakan, Beijing akan berupaya untuk "terus memperluas pertukaran dan kerja sama" dengan Taiwan guna "mempromosikan pembangunan terpadu di Selat itu,” demikian laporan media resmi.

“Upaya efektif telah dilakukan pada tahun lalu untuk menghalangi separatis dan kekuatan eksternal yang mencoba ikut campur sehingga menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan sekaligus melindungi kedaulatan nasional dan integritas teritorial,” kata Song Tao, yang memimpin Kantor Urusan Taiwan di Dewan Negara, Beijing.

Baca Juga: Greenpeace Indonesia dan SBMI Ungkap Dugaan Kerja Paksa Migran Indonesia di Kapal Ikan Taiwan

Pernyataan tersebut muncul setelah pemimpin Taiwan, William Lai Ching-te, pada Rabu, 1 Januari 2025 meminta China untuk bernegosiasi dengan Taipei guna melonggarkan pembatasan pariwisata.

“Jika China benar-benar tulus, saya mengusulkan agar Asosiasi Pariwisata Selat Taiwan dan Asosiasi Pertukaran Pariwisata di Selat Taiwan memulai negosiasi (untuk melonggarkan pembatasan itu),” kata Lai kepada wartawan pada Rabu.

Kedua asosiasi tersebut masing-masing dibentuk oleh Taipei dan Beijing untuk membantu mengoordinasikan dan merundingkan masalah pariwisata antara kedua belah pihak.

Baca Juga: China Jatuhkan Sanksi Kepada Beberapa Perusahaan Senjata AS Terkait Taiwan

Menurut Lai, 2,05 juta warga Taiwan melakukan perjalanan ke China untuk pariwisata atau bisnis antara Januari hingga November tahun lalu, sementara hanya 285.000 wisatawan China mengunjungi Taiwan pada periode yang sama.

Ketegangan di Selat Taiwan meningkat sejak Lai dilantik pada Mei lalu setelah memenangkan pemilihan umum pada Januari tahun lalu. China telah mengadakan latihan militer berskala besar di sekitar pulau itu yang bertujuan untuk mencegah pasukan kemerdekaan di Taiwan.***

Berita Terkait