Catatan Denny JA: Neuroscience, Samudra Spiritualitas Berakar di Saraf Manusia
- Penulis : M. Ulil Albab
- Sabtu, 09 November 2024 14:34 WIB
Hindu menekankan yoga, bukan hanya sebagai latihan fisik, tetapi juga sebagai praktik spiritual yang mendalam. Kini riset menunjukkan manfaat neurologis dari yoga dalam meredakan kecemasan dan depresi.
Bahkan dalam filsafat Stoikisme, yang tidak terikat pada agama tertentu, terdapat ajaran tentang pengendalian emosi dan penerimaan nasib. Prinsip-prinsip ini kini didukung oleh neuroscience sebagai jalan untuk mencapai ketenangan dan kedamaian batin yang lebih mendalam.
Merawat Samudra Spiritual dalam Diri Kita
Baca Juga: Catatan Denny JA: Hukum Kedua Hidup Bermakna, Positivity
Google telah mengintegrasikan program meditasi berbasis neuroscience untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan.
Program “Search Inside Yourself” yang dikembangkan oleh Chade-Meng Tan, mantan insinyur Google, menggabungkan meditasi mindfulness dengan ilmu neuroscience untuk meningkatkan kecerdasan emosional dan produktivitas.
Program ini telah diadopsi oleh ribuan karyawan Google dan perusahaan lain, menunjukkan komitmen korporasi besar terhadap praktik meditasi yang didukung oleh penelitian neuroscience.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Jokowi dan Prabowo, Hubungan Unik dalam Politik Indonesia
Pada akhirnya, neuroscience memberikan kita wawasan baru yang menakjubkan tentang pencarian spiritual manusia.
Pencarian makna dan kebaikan bukanlah hasil dari doktrin agama semata, tetapi kebutuhan biologis yang tertanam dalam otak kita.
Spiritualitas adalah kebutuhan yang melekat pada manusia—bukan pilihan, tetapi alat untuk mencapai kesehatan mental dan emosional yang optimal.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Hukum Ketiga Hidup Bermakna, Passion
Dengan memahami cara kerja otak, kita dapat lebih merawat spiritualitas dalam diri kita. Ini bukan hanya jalan menuju kedamaian batin, tetapi juga cara untuk mencapai potensi penuh kita sebagai manusia, baik secara biologis maupun spiritual.