DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Neuroscience, Samudra Spiritualitas Berakar di Saraf Manusia

image
Catatan Denny JA: Neuroscience, Samudra Spiritualitas Berakar di Saraf Manusia. (Istimewa)

Bahkan, spiritualitas memegang peran evolusioner penting. Kebaikan, empati, dan hubungan sosial yang kuat—produk dari dorongan spiritual—membantu manusia bertahan sebagai spesies.

Komunitas yang didasarkan pada spiritualitas cenderung lebih kohesif dan lebih tangguh dalam menghadapi tantangan hidup.

Menghadapi Kritik: Apa Makna dari Spiritualitas Biologis?

Baca Juga: Catatan Denny JA: Hukum Kedua Hidup Bermakna, Positivity

Ada beberapa kritik yang menyebut bahwa jika spiritualitas dijelaskan sepenuhnya sebagai proses biologis, maknanya akan terdegradasi menjadi sekadar reaksi kimia.

Apakah pencarian makna hidup hanyalah ilusi yang dipicu oleh mekanisme otak? Apakah ini mengurangi kedalaman pengalaman spiritual kita?

Jawaban yang lebih dalam justru terletak pada pemahaman ini. Neuroscience tidak mengurangi makna spiritualitas, melainkan menegaskan betapa pentingnya elemen ini bagi kehidupan kita.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Jokowi dan Prabowo, Hubungan Unik dalam Politik Indonesia

Sama seperti mengetahui bagaimana otot bekerja tidak mengurangi keindahan sebuah tarian, memahami cara kerja saraf dalam spiritualitas hanya memperkaya pemahaman kita akan kebutuhannya dalam hidup.

Otak kita diciptakan untuk mencari makna, dan ini adalah anugerah evolusi yang harus kita rayakan.

Contoh Konkret: Richard Davidson dan Transformasi Otak melalui Meditasi

Baca Juga: Catatan Denny JA: Hukum Ketiga Hidup Bermakna, Passion

Richard Davidson, seorang tokoh terkemuka dalam bidang neuroscience, telah menjembatani dunia spiritualitas dan sains selama puluhan tahun.

Halaman:
1
2
3
4
5
6

Berita Terkait