Catatan Denny JA: Ayah, Semoga Abu Jasadmu Sampai ke Pantai Indonesia
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Minggu, 15 September 2024 07:45 WIB
"Kenapa mereka mengambil hakku?"
Baskara sering bertanya.
Namun tak ada jawab.
Ia terasing di negeri orang.
Tak bisa kembali.
Teman-temannya yang pulang,
hilang tanpa kabar.
Ia juga mendengar,
jika pulang, ia segera dipenjara dan disiksa.
Dan ayahnya,
dituduh Soekarnois,
kiri, komunis, hilang entah di mana.
Padahal Ayah hanya petani sederhana.
Ia hanya mendengar sayup-sayup,
Ayah dibunuh di satu tempat.
Hidup di Beijing,
Baskara menjadi pohon tanpa akar.
Tubuhnya gentayangan di negeri asing.
Tapi jiwanya tertinggal di Indonesia.
Tujuh tahun lamanya,
menunggu tanpa harapan.
Negara yang dikira akan menjemput
malah membuangnya.
Baca Juga: Di Pembuangan Itu, Mereka Menua dan Mati: Inspirasi dari Film Eksil (2024)
Tak tahan menjadi warga tanpa negara,
Baskara pun menjadi warga Swedia.
Tahun 2015,
Baskara pulang,
menjenguk ibu,
juga mencari Ayah yang tak kunjung pulang.
Namun, ia dideportasi.
Dituduh berniat bangkitkan komunisme.
Di masa tua,
duduk di beranda rumah,
di Swedia,
angin menyanyikan lagu keroncong,
yang sering didengarnya saat kecil,
ketika ia digendong ibu.