Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah Selenggarakan Festival Tari Kreasi Dayak untuk Lestarikan Seni Budaya
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Minggu, 08 September 2024 08:10 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Dewan Adat Dayak (DAD) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) Kalimantan Tengah menggelar Festival Tari Kreasi Dayak dan Lawang Sakepeng, sebagai upaya melestarikan seni dan budaya daerah dengan melibatkan generasi muda.
“Ini pertama kalinya DAD menggelar Festival Tari Kreasi Dayak dan Lawang Sakepeng. Saya mengajak seluruh masyarakat bersama-sama mempertahankan serta melestarikan seni budaya yang ada di daerah kita,” kata Ketua Umum DAD Kotawaringin Timur, Halikinnor di Sampit, Minggu, 8 September 2024.
Festival Tari Kreasi Dayak ini berkolaborasi dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) setempat, berlangsung selama dua hari diikuti 33 kelompok peserta dari kalangan pelajar.
Baca Juga: Arti Penting Buku Rudi Wijaya dkk tentang Rekognisi Hukum Adat dan Masyarakat Hukum Adat
Halikinnor menjelaskan, sejatinya keberadaan tarian daerah di kehidupan masyarakat sudah tidak asing lagi. Tarian daerah biasanya ditampilkan untuk membuka suatu acara, baik itu acara kenegaraan maupun masyarakat di tingkat daerah maupun regional. Begitu juga, dengan Lawang Sakepeng yang menjadi ritual penyambutan tamu penting.
Kendati demikian, upaya-upaya untuk melestarikan dan mempertahankan seni dan budaya daerah tetap harus digencarkan.
Sesuai program kerja DAD Kotim, harapannya ke depan seni dan budaya serta kearifan lokal daerah bisa berkembang pesat, lebih maju, dan bisa menjadikan daerah ini mencapai Kotim sebagai kota pariwisata.
Baca Juga: Pemkab Kutai Kartanegara: Pesta Laut Pesisir Nusantara 2024 Berdayakan Ekonomi Masyarakat Lewat UMKM
“Kita ambil contoh Bali dengan tarian kecak yang terkenal hingga mancanegara. Kita juga ingin seperti itu, apalagi kita juga punya tarian-tarian tradisional yang tidak kalah menarik dan bagus dengan daerah lainnya, sehingga inilah upaya DAD untuk melestarikan seni budaya,” kata Halikinnor.
Ia melanjutkan, melalui festival ini diharapkan memotivasi para pegiat seni maupun sanggar-sanggar tari di daerah untuk meningkatkan pembinaan terhadap para penarinya. Sebab, melalui agenda seperti ini, para penari bisa menyalurkan bakat dan keterampilan, sehingga bisa lebih semangat dalam berlatih.
“Biasanya seorang penari maupun atlet, kalau terlalu lama tidak ada event atau perlombaan semangat mereka akan luntur, karena merasa sia-sia latihan terus-menerus kalau tidak ditampilkan. Makanya, melalui festival ini diharapkan mereka lebih semangat latihan dan mengasah keterampilan,” ujarnya.
Pria yang juga menjabat sebagai Bupati Kotim ini menambahkan, dalam rangka tercapainya peningkatan keterampilan seni budaya serta kemajuan daerah, maka peran serta masyarakat dalam membantu pemerintah sangat diperlukan.
Penting untuk membangun kerja sama yang baik untuk kemajuan daerah, serta berperan aktif dalam mempertahan kearifan lokal masyarakat dengan segala kekayaan adat istiadat, budaya dan hukum adat yang telah tumbuh dan berkembang sejak dahulu.
Ia yakin dan optimistis dengan menjaga dan memelihara kearifan lokal dan hak-hak masyarakat adat sebagai sebuah khas budaya di Kalteng dapat menjadikan subjek maupun menjadikan objek dalam penguatan kapasitas masyarakat dalam meningkatkan kemajuan seni dan budaya di daerah.
Pada kesempatan itu, Halikinnor juga berpesan agar dalam mewujudkan pelestarian seni dan budaya daerah harus berupaya dengan mencari penemuan yang lebih unik dan menarik lagi demi peningkatan seni dan budaya kita.
Kemudian yang tidak kalah penting, dalam pelestarian tersebut tetap mengedepankan konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang tentunya hal ini sudah sesuai pula dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945.
“Konsep negara kesatuan tidaklah berarti kita harus menyeragamkan segala hal. Kita tetap mengakui keragaman dan perbedaan. Namun semuanya harus diarahkan kepada kepentingan bangsa dan negara secara keseluruhan,” katanya.
Panitia festival Muhammad Tjumbi Anwar menyampaikan, kegiatan ini diikuti 33 peserta yang meliputi 17 sanggar tari dan 16 perguruan silat. Festival ini dibuka untuk umum dengan pendaftaran gratis atau tidak di pungut biaya.
“Karena keterbatasan anggaran, tahun ini pesertanya hanya dari tiga kecamatan, yakni Baamang, Mentawa Baru Ketapang, dan Cempaga Hulu. Tahun berikutnya kami berharap semua kecamatan bisa ikut,” kata Wakil Ketua IV DAD Kotim ini.***