Susahnya Memimpin Seniman, juga Penulis
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Kamis, 29 Agustus 2024 15:40 WIB
Organisasi penulis memerlukan dana untuk mendukung kegiatan mereka, seperti penerbitan karya, penyelenggaraan diskusi, atau kegiatan sosial lainnya.
Namun, pendanaan ini sering kali menjadi masalah yang sulit diatasi. Tidak banyak individu atau lembaga yang bersedia untuk secara konsisten membiayai kegiatan organisasi penulis dalam jangka waktu yang panjang, terutama jika kegiatan tersebut tidak memberikan keuntungan finansial yang langsung.
Selain itu, ketika sumber dana terbatas, sering kali muncul perdebatan tentang bagaimana dana tersebut harus dialokasikan, yang dapat menyebabkan konflik internal.
Data menunjukkan bahwa banyak organisasi budaya dan seni di Indonesia mengalami kesulitan dalam mencari pendanaan jangka panjang, yang pada akhirnya berdampak pada kelangsungan hidup organisasi tersebut.
Untuk kasus SATUPENA misalnya, selama tiga tahun memerlukan dana lebih dari tiga miliar Rupiah. Siapa yang bersedia membiayainya?
Karena kini saya ketua umum, saya yang mengambil tanggung jawab itu. Tapi bersediakah ketua umum selanjutnya mengambil tanggung jawab yang sama soal finansial?
Baca Juga: SATUPENA dan Silaturahmi
Menjadi pemimpin organisasi penulis di Indonesia, yang memiliki cabang di semua pulau, dari Aceh hingga Papua, yang membuat banyak kegiatan, memang "ngeri-ngeri sedap."***
CATATAN
(1) Pecahnya organisasi penulis Lekra dan Manikebu di tahun 1960-an.
Baca Juga: SATUPENA Akan Diskusikan Bagaimana Belajar dari Anak Cerdas Istimewa Dengan Narasumber Yeni Sahnaz
Pertentangan Konsep Sastra Para Seniman Lekra dan Manikebu.