DECEMBER 9, 2022
Kolom

Budhy Munawar-Rachman: Islam Progresif, Kontestasi Pemikiran Islam di Indonesia

image
Budhy Munawar-Rachman (Foto: Istimewa)

Meskipun Islam Progresif mendapat banyak dukungan, terutama dari kalangan intelektual dan kaum muda, ia juga tidak luput dari kritik. Kalangan konservatif sering kali menuduh pemikir-pemikir Islam Progresif sebagai terlalu banyak dipengaruhi oleh ide-ide Barat yang dianggap tidak sejalan dengan ajaran Islam.

Mereka menolak gagasan-gagasan seperti kesetaraan gender dalam konteks pembagian peran domestik dan publik, atau kebebasan beragama yang dianggap bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.

Kritik lain datang dari kelompok Islam tradisionalis yang melihat Islam Progresif sebagai upaya untuk melemahkan otoritas ulama dan institusi-institusi keagamaan tradisional. Mereka berpendapat bahwa tafsir keagamaan tidak boleh hanya diserahkan kepada individu, terutama mereka yang tidak memiliki latar belakang pendidikan agama yang memadai.

Baca Juga: MUI Luncurkan Buku Islam Wasathiyyah, Berisi tentang Kehidupan Islami yang Moderat di Kota Depok Jawa Barat

Dalam konteks politik, Islam Progresif juga kerap kali dianggap sebagai alat untuk melemahkan posisi politik Islam itu sendiri. Kelompok-kelompok Islamis mengkritik pemikiran ini sebagai bentuk sekularisme terselubung yang berusaha memisahkan Islam dari kehidupan publik dan politik.

Kontestasi Islam Progresif vs Islam Konservatif

Kontestasi antara Islam Progresif dan Islam Konservatif menjadi salah satu dinamika yang paling mencolok dalam wacana keagamaan di Indonesia saat ini. Pertarungan ini bukan hanya terjadi di ranah intelektual, tetapi juga dalam ranah politik dan sosial.

Baca Juga: Anggota DPR RI Dedi Mulyadi Sebut Penyanyi Mahalini Dinikahi Rizky Febian Sesuai Syariat Islam

Islam Konservatif, yang sering kali diwakili oleh gerakan-gerakan Islam seperti Front Pembela Islam (FPI) atau Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), lebih menekankan pentingnya penerapan syariah secara literal dan menolak interpretasi kontekstual yang diajukan oleh kalangan Progresif.

Islam Konservatif di Indonesia cenderung memiliki pengaruh yang kuat di tingkat akar rumput, terutama melalui pengajian-pengajian, pesantren, dan lembaga-lembaga dakwah. Mereka sering kali menggunakan retorika yang memanfaatkan ketakutan akan "dekadensi moral" atau "serangan budaya asing" untuk menarik dukungan massa.

Di sisi lain, Islam Progresif lebih dominan di kalangan intelektual, akademisi, dan kelas menengah perkotaan yang cenderung lebih terbuka terhadap ide-ide baru.

Baca Juga: Syekh Ammar bin Azmi Asal Gaza Palestina Jadi Imam Salat Iduladha di Masjid Raya Jakarta Islamic Centre

Perdebatan ini juga merambah ke ranah media sosial, di mana kedua kelompok saling beradu argumen dan mempengaruhi opini publik. Media sosial menjadi arena baru bagi penyebaran pemikiran Islam, di mana baik Islam Progresif maupun Konservatif berusaha memperluas pengaruhnya.

Halaman:
Sumber: WhatsApp grup News

Berita Terkait