DECEMBER 9, 2022
Kolom

Budhy Munawar-Rachman: Islam Progresif, Kontestasi Pemikiran Islam di Indonesia

image
Budhy Munawar-Rachman (Foto: Istimewa)

Era pasca-kemerdekaan Indonesia menjadi momen penting bagi perkembangan pemikiran Islam. Pada tahun 1950-an hingga 1960-an, muncul sejumlah tokoh dan gerakan Islam yang mencoba menawarkan tafsir keagamaan yang lebih relevan dengan situasi kebangsaan Indonesia.

Pemikiran ini dipengaruhi oleh dinamika politik, seperti hubungan antara Islam dan negara, serta kebutuhan untuk merespons ideologi-ideologi global seperti komunisme dan kapitalisme.

Pada periode Orde Baru, wacana Islam lebih banyak dibungkam atau dikendalikan oleh negara. Namun, pada era Reformasi setelah jatuhnya Suharto, terjadi kebangkitan intelektual Islam yang luar biasa. Pada periode inilah Islam Progresif mulai mendapatkan tempat yang signifikan dalam wacana keagamaan di Indonesia.

Baca Juga: MUI Luncurkan Buku Islam Wasathiyyah, Berisi tentang Kehidupan Islami yang Moderat di Kota Depok Jawa Barat

Pemikiran ini banyak dikembangkan oleh intelektual muda yang belajar dari tradisi intelektual Islam di Timur Tengah, serta pemikir-pemikir progresif dari Barat.

Sejumlah tokoh dan gerakan memainkan peran kunci dalam pengembangan Islam Progresif di Indonesia. Salah satu yang paling menonjol adalah Abdurrahman Wahid (Gus Dur), mantan Presiden Indonesia dan pemimpin Nahdlatul Ulama (NU).

Gus Dur dikenal sebagai seorang pemikir yang berani menawarkan tafsir keagamaan yang inklusif dan toleran, terutama dalam isu-isu yang terkait dengan minoritas, pluralisme, dan hak asasi manusia. Pemikirannya banyak dipengaruhi oleh tradisi keilmuan Islam klasik, tetapi dengan pendekatan yang sangat kontekstual.

Baca Juga: Anggota DPR RI Dedi Mulyadi Sebut Penyanyi Mahalini Dinikahi Rizky Febian Sesuai Syariat Islam

Selain Gus Dur, ada juga Nurcholish Madjid, atau yang akrab disapa Cak Nur. Cak Nur adalah tokoh intelektual yang menjadi pelopor pemikiran Islam modern di Indonesia.

Ia sebelumnya pada tahun 1970, dikenal dengan gagasan "Islam Yes, Partai Islam No", yang menekankan bahwa Islam seharusnya menjadi nilai universal yang melampaui sekat-sekat politik. Gagasan Cak Nur banyak dipengaruhi oleh pemikiran filosofis dan sosiologis dari dunia Barat, namun ia tetap berakar kuat pada tradisi Islam.

Di sisi lain, ada juga gerakan-gerakan yang lebih kolektif, seperti Jaringan Islam Liberal (JIL) yang didirikan oleh Ulil Abshar Abdalla. JIL secara terbuka mengusung pemikiran Islam yang progresif dan liberal, menekankan pentingnya penafsiran ulang terhadap teks-teks suci serta relevansi Islam dalam menjawab isu-isu kontemporer seperti demokrasi, pluralisme, dan hak-hak individu.

Baca Juga: Syekh Ammar bin Azmi Asal Gaza Palestina Jadi Imam Salat Iduladha di Masjid Raya Jakarta Islamic Centre

Kritik terhadap Islam Progresif

Halaman:
Sumber: WhatsApp grup News

Berita Terkait