DECEMBER 9, 2022
Kolom

Budhy Munawar-Rachman: Lomborg, Ekologi, dan Ulil 

image
Budhy Munawar-Rachman (Foto: Youtube)

Oleh: Budhy Munawar-Rachman* 

ORBITINDONESIA.COM - Saya membaca dengan teliti buku karya Bjorn Lomborg "False alarm: How climate change panic costs us trillions, hurts the poor, and fails to fix the planet" (2020) yang kontroversial itu. 

Buku yang dikutip oleh Ulil Abshar Abdalla, dalam artikel polemiknya yang awal, yang oleh Airlangga Pribadi dalam artikel polemiknya terhadap Ulil, disebut telah “ditempatkan sebagai hero oleh Mas Ulil dalam status FB beliau pra-polemik”. 

Baca Juga: Diskusi Satupena, Yohanes Wahyu Prasetyo: Perubahan Iklim Merupakan Contoh Dosa Struktural

Untuk memahami dasar serangan Ulil terhadap para aktivis lingkungan, yang konsern terhadap perubahan dan krisis iklim, dan urgensi adaptasi dan terutama mitigasinya, di bawah ini saya ringkaskan buku Bjorn Lomborg apa adanya, dan kemudian mengeritiknya dengan bahan dari review-review para ahli yang tersedia dan bisa saya akses.

Dalam bukunya "False Alarm”, Bjorn Lomborg menyampaikan kritik tajam terhadap pendekatan global saat ini dalam menangani perubahan iklim. Menurut Lomborg, meskipun perubahan iklim adalah masalah nyata yang perlu diatasi, kepanikan yang disebabkan oleh retorika yang berlebihan mengarah pada kebijakan yang tidak efektif dan sangat mahal. Buku ini menguraikan argumennya dengan mendetail dan menyarankan pendekatan yang lebih rasional dan terukur terhadap masalah ini.

Lomborg memulai dengan mengeksplorasi bagaimana retorika perubahan iklim telah menjadi semakin ekstrem dan kurang berlandaskan pada ilmu pengetahuan. Dia berpendapat bahwa meskipun data ilmiah tentang perubahan iklim telah meningkat dan menjadi lebih andal, retorika publik yang digunakan oleh media dan beberapa ilmuwan telah berubah menjadi lebih alarmis.

Baca Juga: Catat! Ini Komitmen Ganjar Pranowo Mengatasi Masalah Kerusakan Lingkungan di Indonesia, Penyebab Perubahan Iklim

Ini telah menciptakan budaya ketakutan yang tidak proporsional dengan risiko nyata yang dihadapi oleh perubahan iklim. Lomborg menekankan bahwa perubahan iklim adalah masalah yang dapat dikelola, bukan kiamat yang mengancam kepunahan manusia seperti yang sering digambarkan.

Salah satu kritik utama Lomborg adalah terhadap Perjanjian Paris dan kebijakan iklim serupa yang menurutnya mahal dan tidak efektif. Lomborg menunjukkan bahwa meskipun Perjanjian Paris diperkirakan akan menghabiskan biaya antara $1 hingga $2 triliun per tahun pada tahun 2030, dampaknya terhadap penurunan suhu global sangat minimal.

Dia berpendapat bahwa sumber daya yang dihabiskan untuk kebijakan iklim semacam itu bisa lebih efektif jika dialokasikan untuk mengatasi masalah global lainnya yang lebih mendesak dan dapat memberikan manfaat langsung, seperti mengentaskan kemiskinan, meningkatkan kesehatan, dan memperbaiki Pendidikan.

Baca Juga: Gelombang Protes Petani Eropa Tandai Solusi Perubahan Iklim Jangan Terbatas Cuma Dibahas Para Elite

Lomborg juga menyoroti bagaimana kebijakan iklim yang ada saat ini sering kali merugikan negara-negara miskin dengan membatasi akses mereka ke energi murah yang penting untuk pertumbuhan ekonomi. Kenaikan harga energi akibat kebijakan karbon yang ketat dapat mendorong lebih banyak orang ke dalam kemiskinan energi, membatasi kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti pemanasan rumah dan penyediaan makanan. 

Halaman:
1
2
3
4
5
6
7

Berita Terkait