Ketika Orang Pintar Pun Jadi Jongos: Menyambut Pertunjukan Teater di Yogyakarta
- Penulis : Krista Riyanto
- Minggu, 21 Juli 2024 08:33 WIB
Busril: “Wah ya ndak bisa. Ndak bisa. Kita setara. Ini harus didobrak! Biar egaliter!”
Kotto: “Egaliter..egaliter ndas situ! (pause) He, kamu mesti ingat ajaran leluhur perjongosan.
Sejongos-jongosnya Jongos yang radikal, masih lebih baik jongos yang selalu siap ditindas (tertawa).”
Baca Juga: Orasi Denny JA: Menangnya Gerakan “Katakan Tidak kepada Keharusan Berjilbab"
-000-
Naskah The Jongos ditulis oleh Indra Tranggono. Yang menjadi sutradara Isti Nugroho.
Naskah dimainkan oleh Teater Dapoer Seni Djogja. Pentas teater ini untuk tanggal 10 Agustus 2024, di auditorium, Jurusan Institut Seni Indonesia (ISI), Yogyakarta.
Baca Juga: Menangnya Gerakan Katakan tidak kepada Keharusan Berjilbab: Inilah Pandangan Denny JA
Pesannya memberi kritik tajam kepada sistem oligarki dan ketidakadilan yang merajalela. Cerita ini berpusat pada Tuan Hakim, simbol dari sistem hukum yang korup dan tunduk pada kekuasaan oligarki.
Pesan utamanya: di luar kelompok oligarki yang berkuasa dan kaya, semua orang hanyalah korban dari sistem yang korup dan tidak adil.
Skenario ini dimulai dengan Prof Dr Pras Jikmo yang memberikan jubah kepada Tuan Hakim. Itu simbol penyerahan kekuasaan.
Baca Juga: 4 Lukisan Artificial Intelligence Denny JA: Paus Fransiskus Mencuci Kaki Rakyat Kecil Indonesia
Panggung terdiri dari tiga level yang menunjukkan hirarki sosial. Tuan Hakim di level atas. Busril serta Kotto, sebagai jongos atau pelayan di bawah.