DECEMBER 9, 2022
Internasional

Korea Selatan dan NATO Bertukar Informasi tentang Senjata Korea Utara Dalam Perang Rusia vs Ukraina

image
Arsip - Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol menghadiri ASEAN-Republic of Korea Summit ke-24 di Jakarta, Rabu, 6 September 2023. Media Center KTT ASEAN 2023/Akbar Nugroho Gumay/foc/aa. (ANTARA FOTO/AKBAR NUGROHO GUMAY)

ORBITINDONESIA.COM - Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol dan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg sepakat untuk saling bertukar informasi mengenai senjata-senjata Korea Utara yang digunakan dalam perang Rusia di Ukraina.

Yoon bertemu Stoltenberg di sela-sela KTT NATO di Washington, Kamis, 11 Juli 2024, di tengah meningkatnya kekhawatiran atas kerja sama militer yang sedang berkembang antara Rusia dan Korea Utara setelah penandatanganan perjanjian kemitraan strategis komprehensif baru-baru ini, yang mencakup klausul pertahanan bersama.

"Kedua pihak sepakat untuk berbagi informasi tentang senjata Korea Utara yang digunakan dalam konflik Ukraina sebagai tanggapan atas meningkatnya kerja sama militer antara Rusia dan Korea Utara," kata Kantor Kepresidenan Korsel pada Jumat, 12 Juli 2024.

Baca Juga: Komunike NATO: Jalan Ukraina untuk Jadi Anggota Aliansi Transantlantik Tak Dapat Dibendung

Yoon dan Stoltenberg sepakat bahwa kerja sama militer antara Rusia dan Korut merupakan pelanggaran yang jelas terhadap berbagai resolusi Dewan Keamanan PBB, serta merupakan ancaman serius bagi perdamaian dan stabilitas di kawasan Euro-Atlantik dan Indo-Pasifik.

Oleh karena itu, keduanya berjanji akan melanjutkan prosedur yang relevan untuk melaksanakan kesepakatan ini.

Korsel menuduh Korut menyediakan artileri dan senjata ke Rusia untuk perang Moskow di Ukraina, karena telah memantau dengan saksama kemungkinan Pyongyang mendapatkan teknologi militer dan lainnya dari Moskow sebagai balasannya.

Baca Juga: China: Deklarasi KTT NATO Adalah Mentalitas Perang Dingin dan Jadi Berita Menakutkan Bagi Kawasan Asia-Pasifik

Sementara NATO mengecam dugaan transaksi senjata antara Pyongyang dan Moskow karena melanggar resolusi DK PBB yang melarang negara-negara memperdagangkan senjata atau peralatan militer lainnya dengan Korut.***

Sumber: Antara

Berita Terkait