China: Deklarasi KTT NATO Adalah Mentalitas Perang Dingin dan Jadi Berita Menakutkan Bagi Kawasan Asia-Pasifik
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Jumat, 12 Juli 2024 04:21 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian menyebut Deklarasi Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO yang dihasilkan di Washington D.C. menjadi kabar buruk bagi kawasan Asia-Pasifik.
"Deklarasi KTT NATO di Washington adalah sebuah berita yang menakutkan atas Asia-Pasifik; suatu produk dari mentalitas Perang Dingin dan penuh dengan retorika perang. Kalimat demi kalimat mengenai China mengandung banyak bias, fitnah dan provokasi," kata Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing, Kamis, 11 Juli 2024.
KTT NATO berlangsung di ibukota AS, Washington D.C. sejak Selasa, 9 Juli hingga 11 Juli 2024.
Baca Juga: Sekjen NATO Jens Stoltenberg: China Perkeruh Perang di Eropa dengan Dukung Rusia Menyerang Ukraina
Pada Rabu, 10 Juli 2024, NATO mengeluarkan Deklarasi gabungan KTT Washington, yang secara khusus meminta China "untuk menghentikan semua dukungan material dan politik terhadap upaya perang Rusia," yang diduga termasuk "transfer material penggunaan ganda, seperti komponen senjata, peralatan, dan bahan mentah yang menjadi input bagi sektor pertahanan Rusia."
Amerika Serikat (AS) telah lama menduga bahwa perusahaan-perusahaan China telah memberikan dukungan militer kepada Rusia, suatu klaim yang telah dibantah oleh Beijing dan Moskow.
"Kami sangat menyesalkan dan dengan tegas menentangnya dan telah mengajukan protes serius kepada NATO," kata Lin Jian menambahkan.
Lin Jian mengatakan salah satu agenda KTT NATO kali ini adalah memperingati ulang tahun NATO yang ke-75. Bahkan sebelum KTT dimulai, AS dan NATO menyebut soal "kemuliaan" dan "solidaritas" aliansi tersebut sebagai "organisasi untuk perdamaian".
"Namun hal ini tidak menyembunyikan fakta bahwa NATO adalah sisa-sisa Perang Dingin dan produk konfrontasi blok serta politik blok. Pasukan NATO mengebom Yugoslavia selama 78 hari atas nama 'mencegah bencana kemanusiaan lebih lanjut'. Tragedi yang terjadi di Afganistan dan Libya memperjelas bahwa di mana pun NATO muncul, gejolak dan kekacauan akan terjadi," ungkap Lin Jian.
Lin Jian menegaskan apa yang disebut sebagai "keamanan" oleh NATO sering kali dibangun di atas ketidakamanan negara lain, dan sebagian besar kekhawatiran keamanannya disebabkan oleh upaya mereka sendiri.
Baca Juga: NATO Resmi Tunjuk Perdana Menteri Belanda Mark Rutte Sebagai Sekjen Pengganti Jens Stoltenberg
"'Keberhasilan' dan 'kekuatan' yang dibanggakan NATO berarti bahaya besar bagi dunia. Menciptakan musuh khayalan untuk membenarkan keberadaannya dan bertindak di luar wilayah adalah taktik andalan NATO. Salah menggambarkan Tiongkok sebagai 'tantangan sistemik' dan menjelek-jelekkan kebijakan dalam dan luar negeri China adalah salah satu contohnya," ungkap Lin Jian.