Mengapa Mengurung Pikiranmu di Sangkar?: Pengantar Buku Lukisan dengan Artificial Intelligence Karya Denny JA
- Penulis : Krista Riyanto
- Selasa, 02 Juli 2024 08:57 WIB
Artificial Intellegence tidak memiliki kesadaran atau niat artistik; ini adalah alat yang memproses dan menghasilkan berdasarkan data yang diberikan.
Pemakaian Artificial Intellegence dalam seni dapat dianggap sebagai kolaborasi antara manusia dan teknologi. Sama seperti penggunaan komputer untuk desain grafis, Articial Intellegence memperluas kemampuan teknis seniman.
Artificial Intellegence memungkinkan mereka untuk mengeksplorasi konsep yang mungkin sulit atau tidak mungkin dicapai dengan tangan. Alat baru ini membuka peluang baru untuk kreativitas tanpa mengurangi nilai atau integritas dari visi kreatif seniman.
Baca Juga: 5 Lukisan Artificial Intelligence Denny JA: Mengapa Mengurung Pikiran di Dalam Sangkar
Baik dari perspektif filosofis maupun empiris, karya yang dibuat dengan bantuan Artificial Intellegence tetap dapat diklaim sebagai karya pribadi sang seniman.
Artficial Intellegence adalah alat yang memperluas kemampuan ekspresi artistik tanpa mengurangi nilai atau integritas dari visi kreatif seniman. Transformasi teknologi ini hanyalah bagian dari evolusi berkelanjutan dalam dunia seni.
-000-
Sebelum dipublikasi di buku, lukisan saya soal kutipan Rumi itu sudah terlebih dahulu saya edarkan di medsos dan aneka whatsapp group.
Banyak sekali respon yang saya terima. Di satu whatsapp group, lukisan itu memicu diskusi mengapa kita mengurung dan membatasi pikiran kita sendiri, dalam dogma, baik dogma politik maupun agama.
Ada pula para dosen yang meminta izin saya menggunakan lukisan itu sebagai bahan kuliah. Lukisan itu akan dijadikan pemantik diskusi.
Baca Juga: Orasi Denny JA: Mengapa Trump Versus Biden Dicemaskan Publiknya Sendiri?
Ada pula pemikir agama terkemuka meminta saya mengirimkan lukisan itu dalam kanvas ke alamat pribadi. Lukisan itu akan dijadikan koleksi untuk terus membuatnya merenung.